Whoosh Di Tepi Sawah

 

stasiun whoosh
stasiun whoosh di Karawang (dok. pribadi)


Segelas kopi hangat dan gorengan adalah teman akrab. Keduanya cocok menjadi teman saat melihat hamparan sawah yang hijau.

Begitulah yang ada dibenak saya ketika duduk di bangku yang terbuat dari besi. Sapuan cat berwarna coklat menyamarkan kesan kaku dari bahan utamanya. Warna yang menjadi jembatan antara kekarnya gedung besar dengan hamparan sawah berwarna hijau di depannya.

Meski tidak ada kopi panas dan gorengan, saya sungguh bisa menikmati suasana yang sejuk. Karawang yang biasanya panas, kali ini tampak sangat bersahabat. Hujan yang turun membuat udara menjadi dingin.

Tirai air itu membuat area persawahan terlihat magis. Meski demikian kehidupan tampak tidak berhenti. Dua orang petani berjalan di pematang sawah sambil mengusung batang-batang bambu. entah untuk apa.

Sementara di langit tampak seekor burung bangau terbang, menjauhi area persawahan. Mungkin akan kembali ke sarangnya. Atau, pergi mengunjungi petak sawah lainnya.

Di dekat saya, dua ekor burung emprit, tanpa rasa takut sedikit pun, asyik melompat-lompat di dekat jendela kaca. Mereka tampak tidak terusik dengan kehadiran sebuah bangunan baru di kawasan tempat tinggalnya.

Stasiun KCJB Karawang

Stasiun dengan luas 19.028 meter persegi ini terlihat menjulang di tengah area persawahan. Fisik bangunan yang besar ditopang oleh baja. Tiang-tiang ini disusun sedemikian rupa dan tampak begitu menyatu.

Meski besar, bangunan terlihat terang berkat pemakaian kaca-kaca besar sebagai dinding ruangan. Sinar matahari dengan leluasa masuk dan menyinari bagian dalam stasiun. Trik yang jitu untuk menghemat pemakaian listrik bagi penerangan.

Ketika saya sampai di sana, suasana masih terlihat sepi. Beberapa petugas keamanan tampak menjalankan tugasnya dengan baik. Di sisi lain bangunan, para petugas masih melakukan pekerjaannya.

Selain itu, hanya ada saya dan teman-teman, empat orang yang mungkin menunggu keluarganya pulang, dan petugas di minimarket.

Saya memang hanya berada di area luar. Tidak bisa masuk ke dalam sebab tidak memiliki tiket kereta cepat. Namun melihatnya dari luar saja sudah mengagumkan, apalagi suatu hari saya bisa menumpang Whoosh dari sini.

Selama berada di sini, saya berkeliling saja untuk mengetahui apa saja yang ada. Fasilitas pendukung seperti mushola dan toilet terlihat bersih. Di dalam bilik toilet juga ada tisu. Begitu juga dengan wastafel untuk mencuci tangan, sabun dan tisu tersedia lengkap.

Tepat di sebelah toilet terdapat mushola. Bentuknya memanjang dengan dua buah pintu yang memisahkan antara jamaah laki-laki dan perempuan. Sebuah sajadah terhampar di atas karpet. 

Fasilitas lainnya adalah minimarket kecil yang menyediakan makanan dan minuman ringan. Kehadirannya membantu para pengunjung atau pengantar jika rasa haus datang. Sebenarnya ada beberapa toko atau kios hanya saja belum beroperasi. 

Oh ya, ada juga tempat untuk para calon penumpang yang memerlukan informasi. Letaknya di sebelah kiri dari lobi utama. Kemudian ada shuttle bus untuk penumpang. Kendaraan ini akan datang tidak lama sebelum kereta berangkat. Armada ini baru akan pergi ketika penumpang Whoosh tiba. Keberadaannya sungguh membantu penumpang sebab lokasi stasiun cukup jauh dari jalan utama.

Bangunan ini memang baru. Sebagai bagian dari empat stasiun kereta cepat Whossh yaitu Stasiun Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar, Stasiun Karawang justru paling akhir beroperasi. Gedung berjendela besar itu baru diresmikan 24 Desember 2024. Acara seremonial itu menjadi tanda bahwa gedung dengan desain modern itu kini resmi berfungsi sebagai Stasiun Kereta Cepat Whoosh.

Penghubung Untuk Kegiatan Industri

Dari Stasiun di Desa Wamakerta, Teluk Jambe ini para penumpang kereta api cepat bisa menuju Bandung tanpa harus ke Jakarta. Tentu saja memotong waktu perjalanan menjadi semakin cepat. Penumpang dari Karawang juga bisa ke Jakarta tanpa khawatir terkena macet.

Pada tahap awal, stasiun ini akan melayani 20 jadwal perjalanan per hari. Banyaknya jumlah perjalanan pasti akan membantu para pekerja ketika harus mengadakan pertemuan di Jakarta. Seperti yang diketahui, Karawang merupakan kawasan industri, khususnya industri otomotif, elektronik, dan alat rumah tangga. Letak kawasan industri ini tidak terlalu jauh dari stasiun.

Dengan menumpang kereta Whossh hanya perlu waktu 15 menit ke Jakarta. Kehadiran stasiun ini dapat diibaratkan sebagai jembatan penghubung antara kawasan industri, Jakarta, Pelabuhan Intermasional Tanjung Priok dan Bandara Internasional Soekarno Hatta.

Harga tiket kereta whoosh rute Halim-Karawang dan sebaliknya Rp125.000, sedangkan rute Karawang-Padalarang/Tegalluar-Sumarecon dan sebaliknya Rp175.000 untuk kelas ekonomi premium. Adapun tarif business class dan fist class berada di angka Rp450.000 dan Rp600.000.

Kehadiran Stasiun Karawang tentu bisa meningkatkan akses perjalanan bagi masyarakat. Kemudahan akses transportasi dapat mengundang masyarakat untuk melakukan perjalanan dengan menyenangkan. Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti, transportasi umum menjadi primadona dan kebanggaan masyarakat Indonesia.

 

Komentar