pada tanggal
Review
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Produk Semedo Manise (dok. semedo manise) |
Siang itu saya duduk di café di daerah Panglima Polim,
Jakarta Selatan. Menepi sejenak dari terpaan hawa panas. Pendingin udara dan
suasana yang tenang, mampu memperbaiki suasana hati yang tidak terlalu baik
karena berpapasan dengan demo dan cuaca terik.
Sambil memerhatikan pohon besar di seberang café dan
membuat janji temu dengan teman, saya menyesap es kopi susu dengan gula aren.
Rupanya minuman ini tengah digandrungi banyak orang. Pemakaian gula aren semut membuatnya
menjadi istimewa dan tidak biasa.
Bisa jadi itu yang membuat banyak orang jatuh cinta
pada gula semut, termasuk saya. Jejak rasa yang terekam di indra perasa memicu lobus
frontal untuk mencari tahu manfaat gula semut untuk kesehatan. Dari sebuah
situs kesehatan, saya mendapati bahwa jumlah glukosa gula semut (1-8%) lebih
sedikit dibandingkan gula lain sehingga diyakini bisa mengurangi kadar gula
darah.
es kopi gula aren (dok. pribadi) |
Klaim tersebut tentu harus disikapi dengan bijak.
Segala sesuatu yang dikonsumsi secara berlebihan tentu tidak baik untuk
kesehatan. Tetapi, gula semut bisa meningkatkan kesehatan petani penderes nira
kelapa. Bagaimana bisa?
Ternyata bisa. Ya, gula semut bisa menaikkan taraf
kesehatan para petani penderes nira kelapa. Caranya dengan melakukan terobosan
dengan mengubah bentuk produk pemanis ini, dari balok menjadi butiran halus
seperti yang dibuat oleh Koperasi Semedo Manise dari Banyumas, Jawa Tengah.
Pertemuan saya dengan pengurus Koperasi Semedo Manise
terjadi begitu saja. Waktu itu saya tengah menemui Mbak Esti, teman dari
Kalimantan Selatan, di pameran perdagangan di BSD. Ketika kembali bertemu,
rasanya senang sekali, saya akhirnya bisa memeluk erat perempuan paruh baya
itu. Kami bertukar cerita sambil berkeliling ruang pameran. Langkah saya
terhenti di depan sebuah stan pameran berukuran besar. Pada rak-rak display
tertata beragam produk.
Indra penglihatan saya menangkap beberapa kemasan berwarna
putih dengan gambar daun kelapa. Ternyata itu kemasan gula semut. Pemanis
makanan yang terbuat dari tetesan nira kelapa. Pemanis yang kemarin digunakan
untuk memberi rasa sedap es susu kopi. Ini namanya pucuk dicinta, ulam tiba.
gula semut dan rempah produk semedo manise (dok. pribadi) |
Saya langsung mendekat, mengamati kemasan dan isi
produk berlabel Semedo Manise. Namanya unik juga, pikir saya.
Lagi terkagum-kagum, saya dihampiri Pak Akhmad Sobirin
dari Semedo Manise. “Semedo itu nama desa kami. Produk Semedo Manise tidak
hanya gula semut, ada juga bubuk kunyit, empon-empon, bubuk jahe,
rempah-rempah, dan gula kelapa cube,” terangnya ramah.
Perbincangan mengalir begitu saja. Tanpa sadar, saya
bertanya banyak hal, dari asal nama koperasi, di mana letaknya, berapa jumlah
anggota koperasi, dan bagaimana Desa Semedo bisa menjadi binaan Astra?
Satu persatu pertanyaan itu dijawab oleh Pak Sobirin
dengan senang. Menurutnya label Semedo Manise berasal dari dua kata, Semedo
yang menunjukan nama desa dan Manise berasal dari kata Banyumas yang artinya
“manis banget”. Desa Semedo berada di Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas,
Jawa Tengah. Di desa itulah Pak Sobirin lahir dan tumbuh besar.
Akhmad Sobirin pendiri Semedo Manise (dok. semedo manise) |
“Sejak dulu, Semedo dikenal sebagai desa penderes nira
kelapa. Penghasilan yang diperoleh penderes tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidup. Desa kami bahkan pernah menyandang status desa tertinggal,” kisahnya.
Kondisi ini membuat tingkat pendidikan anak-anak desa
rendah. Perlu mental kuat untuk bisa memantapkan niat agar bisa mengubah
kehidupan. Akhmad Sobirin berhasil mendorong dirinya keluar dari rasa rendah
diri dan melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik Mesin Universitas Gadjah
Mada.
Selepas menyelesaikan pendidikan dan bekerja di
Jakarta, pria ini mendapat informasi dari internet jika Amerika dan Eropa
tengah mencoba mengurangi pemakaian gula pasir dan menggantinya dengan gula
kelapa, produk yang dibuat oleh para penderes nira aren kelapa di desanya.
Peluang yang sayang untuk dilewatkan. Sobirin merasa
inilah saat yang baik untuk mengubah kehidupan petani penderes di desanya.
Laki-laki itu memutuskan untuk kembali ke desa. Tahun 2012, ia kembali memulai
impiannya di desa Semedo.
Di desa, Sobirin tidak langsung membuat gula semut. Ia
justru memulai kehidupan sebagai petani jamur tiram. Usaha rintisan itu lalu
ditinggalkan ketika melihat kondisi keluarga dan para petani penderes nira
kelapa yang memprihatinkan. Mereka terikat pada tengkulak sehingga tidak bisa
menjual gula kelapa dengan harga layak.
Sobirin mulai membuat strategi. Ia membentuk kelompok
tani dengan jumlah anggota 25 orang, meminta pendampingan dari dinas setempat,
melakukan ujicoba untuk membuat gula semut, dan melakukan pemasaran. Upayanya
mendapat tantangan dari petani penderes yang merasa “repot” ketika diajak
mengubah proses pembuatan gula.
“Untuk membuat gula semut, nira kelapa dimasak sampai
mendidih dan warnanya berubah jadi kecoklatan. Cairan ini diangkat dan
didinginkan, baru setelah itu diaduk sampai menjadi kristal. Gula akan digerus memakai
batok kelapa dan diayak,” terang Sobirin.
Para tengkulak juga menentang sebab tidak dapat
membeli produk dengan harga murah. Sobirin bergeming, ia terus maju.
Sambil memproduksi gula semut, Sobirin rajin mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan Pemerintah setempat. Ia juga memperbaiki kemasan
agar semakin menarik dan bisa dijual keluar negeri. Ia juga membuat Koperasi
Semedo Manise Sejahtera pada 2012. Semua usaha yang dilakukan mulai
memperlihatkan hasil. Gula semut buatan kelompok binaannya bisa dijual ke
Eropa. Otomatis harga jual gula semut menjadi lebih mahal dibanding gula
kelapa.
produk lain dari semedo manise (dok. pribadi) |
“Dulu, gula kelapa cetak harganya Rp2.000-5.000/ kg,
tapi setelah menjadi gula semut harganya bisa mencapai Rp15.000/kg. Penjualan
gula semut pun bertambah, waktu awal itu penjualan 1 kwintal, sekarang sudah lebih
dari 5 ton,” terangnya,
Rasa manis yang disukai semut itu benar-benar “manis”.
Satu persatu penderes nira kelapa bergabung dengan kelompoknya. Saat ini anggota
kelompok binaan Sobirin jumlahnya sekitar 1.500 petani.
Sobirin tentu bersyukur dengan kemajuan Koperasi
Semedo Manise, tetapi masih ada pekerjaan rumah yang harus dikerjakan.
Kaitannya dengan keselamatan. Untuk mendapatkan air nira kelapa, para penderes
harus memanjat pohon kelapa. Risikonya sangat besar karena penderes bisa
terjatuh dari ketinggian.
Dengan berbagai upaya, kini para anggota Koperasi
Semedo Manise bisa mendapatkan fasilitas kepersetaan BPJS Ketenagakerjaan untuk
Jaminan Kecelakaan dan Jaminan Kematian hingga Jaminan Hari Tua diambil dari
potongan penjualan gula semut ke kopeerasi.
Bendera Semedo Manise semakin berkibar. Tidak hanya
menarik para pembeli dari mancanegara, tetapi menarik para pemuda untuk kembali
dan berkarya di Desa Semedo.
Mendengar kisah perjalanan Koperasi Semedo Manise
membuat saya terkesima. Bagaimana Sobirin dan teman-teman bisa melakukan
perubahan hingga naik tingkat. Lantai yang dipijak semakin tinggi, pasar yang
disasar pun bukan lagi pasar dalam negeri.
Untuk mendukung penjualan tentu perlu memiliki sertifikat.
Tahun 2023, Koperasi Semedo Manise berhasil mendapat sertifikat organik internasional.
Gula semut organik dari Desa Semedo siap melanglang buana.
Aris, pendamping petani semedo manise (dok. pribadi) |
Bak anak panah yang lepas dari busur, Sobirin dan
Koperasi Semedo Manise semakin melesat tinggi. Sobirin berhasil ikut serta
dalam program Satu Indonesia Award, ajang penghargaan dari PT. Astra
International Tbk untuk generasi muda yang berkontribusi positif bagi
masyarakat. Kala itu Sobirin dan kelompok taninya berhasil meraih penghargaan
sampai tingkat nasional.
Kerja bersama untuk memajukan kehidupan masyarakat
desa semakin terjalin erat setelah PT Astra International Tbk membuat program
Desa Sejahtera Astra (DSA). Untuk mendorong perekonomian dan produksi gula
semut, PT Astra memberikan peralatan untuk pembuatan gula semut, Tidak hanya
pemberian barang, PT Astra juga melakukan pendampingan dibidang manajemen,
pemasaran, dan “business matching”.
Salah satu kegiatan “business matching” yang diikuti
adalah kegiatan Trade Expo Indonesia di BSD. Inilah ajang yang mempertemukan
pembeli dengan produsen barang di Indonesia. Inilah ajang yang melesatkan
Semedo Manise ke dunia. Nantinya gula semut buatan Semedo Manise tidak hanya
memaniskan kehidupan para petani penderes di wilayah Banyumas, tetapi juga
memaniskan kehidupan masyarakat dunia.
Keterlibatan PT Astra International Tbk dalam
memajukan perekonomian khususnya di wilayah pedesaan sudah dimulai sejak 2018.
Program Desa Sejahtera Astra merupakan wujud nyata dari kontribusi sosial
Astra.
Program ini membidik desa-desa yang memiliki produk
unggul, seperti gula semut yang dihasilkan Desa Semedo, Banyumas. Untuk
mengembangkan potensi tersebut, Astra akan melakukan pendampingan baik dalam
segi manajemen, pemasaran, dan penyediaan peralatan.
Untuk memudahkan kegiatan pendampingan dan segmentasi
produk, Astra membuat 4 klaster yaitu klaster kopi, klaster pertanian,
peternakan, dan olahan pangan, klaster perikanan dan kelautan, dan klaster
wisata kriya budaya.
Tidak hanya melakukan pendampingan, Astra juga membantu memfasilitasi buyer matching untuk ekspor. Melalui kegiatan ini, bukan tidak mungkin potensi yang ada di desa semakin berkembang dan bisa merambah ke pasar dunia. Keberadaan Desa Sejahtera Astra tentu sangat positif, selain meningkatkan potensi desa, membuka lapangan pekerjaan, dan mengembangkan pendidikan serta taraf hidup masyarakat desa. Nantinya para pemuda tidak perlu ragu untuk #bersamaberkaryaberkelanjutan dari desa karena dari desa bisa merambah dunia karena #KitaSatuIndonesia
referensi:
Kisah Perubahan di Desa Semedo, Kini Ekspor Puluhan Ton Gula Semut Halaman 2 - Kompas.com
Wangi Gula Kelapa ”Wong Gunung” Banyumas Merambah Dunia - Kompas.id
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.