Reruntuhan Itu Adalah Keraton Surasowan

Berkunjung ke Danau Tasikardi Serang

Danau tasikardi Kota Serang
Danau Tasikardi (sumber: dokumen pribadi)



Debu menghiasi permukaan Sepatu. Warna hitamnya menjadi terlihat berbeda. Abaikan saja, pemandangan di depan mata jauh lebih menyenangkan. Hamparan sawah yang tengah ditanam. Aliran air di saluran irigasi. Pepohonan besar bak pagar penjaga sebuah danau buatan, danau Tasikardi yang dulu menjadi tempat tetirah keluarga Sultan.


Sepatu olahraga ini sudah 5 tahun menemani. Entah sudah berapa puluh ribu, bahkan juta langkah yang tercatat. Pagi ini saja sudah lima ribu langkah. Langkah sebanyak itu tercatat saat mengelilingi situs danau Tasikardi. Situs ini merupakan cagar budaya yang berada di Kabupaten Serang.

Jalan sehat keliling Danau Tasikardi
Jalan sehat mengelilingi Danau Tasikardi bersama BPK Wil. 8 (dok. Pribadi)


Semula saya tidak mengira akan berjalan sejauh itu. Perkiraan hanya akan berjalan tepat di jalan yang berada di pinggir danau. Ternyata, jalan tersebut hanya sampai sisi kanan danau saja. Sisi lainnya belum memiliki akses jalan. Masih berupa tanah sempit yang menempel dengan jalan raya dan hanya dibatasi pagar bambu.

Pintu gerbang Danau Tasikardi
Selamat datang di Danau Tasikardi (dok. Pribadi)



Tidak apa juga berjalan di jalan raya. Suasana belum terlalu ramai. Bus-bus besar pembawa rombongan peziarah belum melintas sehingga saya dan teman-teman masih leluasa berjalan. Dari atas jalan aspal ini terlihat hamparan sawah. Petak-petak berwarna cokelat itu akan ditanami.



Beberapa petani mulai menyiapkan batang-batang padi yang akan ditanam. Sementara seorang petani bertugas membuat garis-garis untuk memandu proses menanam padi. Padi-padi ini akan ditanam oleh ibu-ibu petani yang masih duduk berkumpul, menunggu proses pembuatan alur tanam selesai.


Mereka seakan tidak terusik dengan keberadaan saya dan teman-teman. Tetap melanjutkan pekerjaan, meski melihat saya sibuk mengabadikan kegiatan mereka. Tepat di ujung persawahan jalanan berbelok ke kiri. Pemandangan berganti menjadi semak-semak dan irigasi. Airnya tidak terlalu jernih. Seorang bapak terlihat membersihkan rumput yang menempel (mungkin tersangkut) di sisi irigasi. Tidak jauh dari situ terlihat seorang ibu asyik mencuci pakaian. Memanfaatkan air irigasi untuk mencuci masih menjadi bagian keseharian penduduk sini.


Saya berjalan terus lalu berbelok ke jalan yang berbedu. Ada jejak traktor di atas tanah. Di sisi kanan jalan, air mengalir pelan di anak jaringan irigasi. Tepat di sebelahnya terlihat sekelompok ibu-ibu tengah menanam pada. Mereka berjalan mundur sembari bekerja dengan tekun.


Air di saluran air ini terus mengalir masuk ke dalam danau Tasikardi. Terlihat pintu air lama terbuka tanpa pembatas. Susunan bata kuno membentuk dinding tebal. Saya berdecak kagum, betapa berkembangnya teknologi saat itu sebab dapat menghasilkan batu bata yang masih bisa bertahan hingga sekarang.


Tak lama mengamati, saya segera berjalan kembali menyusuri tepi luar danau. Kali ini pagar pembatasnya terbuat dari bambu. Jaraknya dengan jalan tak sampai dua meter. Sepanjang jalan saya bisa melihat danau di kanan dan sawah di kiri.


Bunyi gemuruh klakson yang sedang tren menyadarkan saya, bahwa tak lama lagi bus-bus besar pembawa rombongan akan menghiasi jalan raya. Lebih baik cepat-cepat masuk ke dalam kawasan danau Tasikardi.


Danau berlantai ubin


Ketika pertama kali menginjakkan kaki ke Danau Tasikardi, saya kagum dengan ide pembuatannya. Bagaimana dulu seorang Sultan berinisiatif untuk membuat sebuah tempat teritah untuk keluarganya. Ditempat berhawa sejuk ini keluarga Sultan Banten dapat bermain air atau menyepi sejenak dari kepenatan.

Danau tasiardi
Danau Tasikardi (dok. Pribadi)


Untuk mewujudkan keinginannya, Sultan Banten meminta bantuan Hendrik Lucas Cardeel. Arsitek Belanda tersebut lantas membuat danau Tasikardi untuk tempat tetirah keluarga Sultan Banten, sekaligus penampungan air dan penyedia air ke Keraton Surosowan. Jika dilihat dari depan, bentuk danau ini kotak dengan sisi yang sama panjang. Di bagian tengah terdapat pulau buatan berukuran kecil. Banyak pohon besar tumbuh di pulau Balekambang.


Pulau ini memang sengaja dibuat bagi keluarga kesultanan Banten yang ingin menyepi sejenak. Menjauh dari hiruk pikuk kehidupan. Mendekatkan diri kepada Tuhan.


Dari tepi danau, saya mengamati pulau Balekambang. Turap pembatas pulau dengan danau terlihat jelas. Turap ini menjaga pulau agar tidak longsor karena terkena air.


Sebenarnya danau ini tidak terlalu dalam. Gelombang atau arus air tentu tidak terlalu kuat, tetapi sebaiknya tidak berenang atau berendam. Memang cuaca panas sangat menggoda, apalagi bagian bawah danau tampak bersih dari tumbuhan air. Mungkin karena bagian bawah danau ditutupi ubin bata. Jadi hanya ada lumpur tipis yang licin saat terinjak.


Tasik dan Kardi


Berkaitan dengan nama danau Tasikardi, ternyata berasal dari penggabungan dua kata, yaitu tasik dan kardi. Kata "tasik" memiliki arti danau dan kata "ardi" berarti buatan. Ketika digabungkan menjadi tasikardi yang berarti danau buatan.


Sampai saat ini danau Tasikardi masih ada dan menjadi tempat wisata. Letaknya strategis, tepat di tepi jalan raya dan tidak jauh dari Masjid Banten serta Keraton Surosowan. Banyaknya pepohonan membuat lingkungan danau terasa teduh.


Cobalah duduk-duduk di bawah pepohonan, rasakan kesejukan angin yang berembus, nikmati segelas kopi atau teh dan biarkan lamunan membawa ke masa lalu. Nanti setelah puas bermain angan, tinggalkan danau tanpa meninggalkan sampah. Agar cagar budaya ini tetap terpelihara dan bisa dinikmati oleh generasi mendatang.




Baca juga:

https://www.utarininghadiyati.com/2024/05/di-karangantu-ada-stasiun-lawas-buatan.html

https://www.utarininghadiyati.com/2024/05/ke-kota-serang-naik-apa.html

https://www.utarininghadiyati.com/2024/02/melihat-acara-mandi-sungai-riam-di.html

 https://www.utarininghadiyati.com/2023/12/review-menginap-di-hotel-best-western.html

https://www.utarininghadiyati.com/2023/11/ke-surabaya-naik-kapal-dharma-kartika-ii.html





Komentar

  1. Baru tau ada tempat ini. Dan memang digunakan utk keluarga Sultan refreshing ya mba.. Aku ngebayangin bagian dasar tasik yg dikasih ubin. Waaah cara pengisian airnya gimana yaa... Tapi memang zaman dulu itu baguuus dan awet semua bangunan dan tempat2 buatan seperti ini. 👍👍

    BalasHapus
  2. Jalam jalan sambil olahraga memang fun sih. Udah lama aku gak ngelakukan itu.. mkasih infonya



    Newsartstory

    BalasHapus
  3. Tampak asri ya kak. Gak keihatan kek danau buatan, tetap cantik dan bikin betah

    BalasHapus
  4. Saya punya teman di Serang, tapi selalu bingung kalo mau ke mana. Mungkin ini bisa jadi alternatif.

    BalasHapus
  5. sayang gambarnya kecil kecil, saya auto googling pengen lihat yang lebih clear, hehehe. ternyata dari birdview atau tampak atas bentuknya persegi ya dengan tengahnya beneran ada pulau. kelilingnya juga persawahan, the truth healing sih ini ya. gak heran sih ya dulu sultan bikinnya juga pakai arsitek

    BalasHapus
  6. Suasananya syahdu banget, apalagi kalau lingkungannya bersih. Bikin betah lama-lama di dekat danau. Anyway, danaunya itu bisa dibuat camping kah? Kalau bisa, lumayan jadi wishlist camping selanjutnya ❤️❤️

    BalasHapus
  7. Syadu banget suasananya kak. Aku suka banget wisata danau danau begini. Bisa jadi wishlist nih.

    BalasHapus
  8. Wah keren banget danaunya bagian dasarnya bisa dilapisi ubin. Penasaran banget di masa itu bagaimana cara pengerjaannya karena kan ini Danau pastinya ukurannya lumayan besar ya.

    BalasHapus
  9. Menyenangkan nih dengan masih adanya tanaman hijau di sekitar danau, karena kan jadi penarik orang-orang buat berkunjung alias jadi tempat wisata asik juga ya

    BalasHapus
  10. Di Serang pun ada danau aku baru tau.. kemana aja aku. Nanti kalo ke Banten mampir ah kayanya indah tempatnya

    BalasHapus
  11. Aku lama tinggal di tangerang, beberapa kali ke serang sama cilegon gatau tempat ini. Pastinya segar bgt ya bisa jalan di situ. Terlihat udaranya enak apalagi pas pagi gitu ;)

    BalasHapus
  12. Baru tahu nih danau buatan yang beralaskan ubin bata, menarik ya
    Jadi danau ini dulu milik sultan kemudian bisa dinikmati untuk umum ya, menepi sejenak di pulau buatan merupakan ide yang menarik

    BalasHapus
  13. Sepi yaa, ka..
    Cocok bener untuk tempat merenung dan deep talk with our self atau sama pasangan.
    Danau yang tenang dan menjadi simbol ketenangan bagi keluarga kesultanan Banten.

    BalasHapus
  14. Selain bermanfaat untuk kesehatan, ini juga bisa menjadi olahraga yang menyenangkan karena sembari menikmati suasana sepanjang jalan ya kak? btw itu melewati jalan berbedu apa maksudnya berdebu kali yah? :D

    BalasHapus
  15. Jadi penasaran sepatu olahraganya merk apa mbak? Udah lima tahun masih awet aja dibuat jalan berkilo-kilo.

    BalasHapus
  16. Wah asik banget jalan jalan ke danau seperti ini
    Bisa buat ajak anak melakukan nature walk ya

    BalasHapus
  17. Makasih kak sudah diajak jalan-jalan ke danau tasikardi. Syahdu betul suasananya. Suka deh

    BalasHapus
  18. wah aku yang di Serang juga udah lupa kapan terakhir kali ke Tasikardi, jadi pengen ke sana lagi

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.