pada tanggal
#sidomuncul #bulking #gym #makananbulking
Review
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Hijaunya persawahan (foto: pribadi)
Lama tidak menjelajah, akhirnya perjalanan itu dimulai. Tujuannya ke Kota Serang Provinsi Banten pakai angkutan umum. Mulai dari angkot, commuter line, sampai bus. Banyak hal baru dan memori yang terungkap selama perjalanan. Seperti apa kisahnya, yuk baca cerita lengkapnya.
Hari terakhir libur lebaran saya manfaatkan untuk
melakukan perjalanan ke Kota Serang, Provinsi Banten. Ini adalah perjalanan
pertama ke luar kota yang saya tempuh dengan menggunakan angkutan umum. Supaya
tidak benarr-benar “buta” saya lebih dulu membaca berbagai informasi dari
internet. Meski sudah membekali diri, ternyata masih ada kejutan yang membuat
perjalanan semakin asyik.
Dalam benak saya, perjalanan nanti tidak akan ramai.
Alasannya, sebagian besar pemudik sudah kembali dan para wisatawan sudah lelah.
Tebakan yang nggak ada dasarnya sih hahahaha. Tapi bolehlah untuk menyemangati
diri.
Perjalanan dimulai dari angkutan kota menuju stasiun
kereta api Depok Baru. Di dalam angkot ada keluarga muda, sepasang suami istri,
seorang anak bayi, dan seorang kakek. Kami sama-sama diam, seperti menikmati
perjalanan. Saya mencoba meng”off”kan mode SKSD. Tidak lama naiklah sepasang
suami istri. Angkot mulai ramai karena penumbang baru ini cukup akrab dan
langsung ngobrol.
Dimulai dengan naik commuterline (foto: pribadi) |
Saya sangat terbantu dengan obrolan ini karena jadi
tahu kalau keluarga muda itu menuju Kota Serang, seperti tujuan saya. Dari situ
juga saya tahu untuk menuju Kota Serang harus membekali diri dengan tiket
kereta api yang dibeli secara online. Langsung sibuk membuka aplikasi pembelian
tiket perjalanan. Ternyata nggak ada penjualan tiket kereta api yang dimaui.
Agak panik nih.
Saya berusaha menenangkan diri. Kalau nanti gagal
sampai Kota Serang, paling tidak saya sudah sampai Rangkasbitung, kota akhir
tujuan commuterline. Tanpa dinyana, keluarga muda ini memiliki tiket lebih
karena tiga anggota keluarga mereka batal pulang. Saya merasa beruntung sekali.
Kami sama-sama menuju peron commuter line ke arah
Jakarta. Sebenarnya saya ingin naik commuterline ke Tanah Abang, namun keluarga
ini langsung naik commuterline yang berhenti. Jadilah kami menuju stasiun
Manggarai terlebih dahulu.
Lama juga tidak menginjakkan kaki di stasiun ini.
Akhirnya sibuk membaca papan petunjuk arah peron kereta menuju Tanah Abang.
Bergegas berpindah peron dan bertanya pada petugas untuk memastikan peronnya
sudah benar. Setelah menunggu beberapa saat commuter line tiba. Kami menuju
Stasiun Tanah Abang untuk berganti commuterline menuju Rangkasbitung.
Calon penumpang ternyata cukup banyak, namun semua
penumpang dapat duduk dengan nyaman. Jumlah penumpang terus bertambah hingga
mendekati Stasiun di daerah Tangerang. Dari balik jendela terlihat hamparan
sawah yang menguning. Musim panen hampir tiba.
Setelah hampir satu jam perjalanan, commuter line akan
mengakhiri perjalanan di stasiun Renggas Dengklok. Penumpang masih banyak.
Rupanya masih banyak yang menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan dengan
commuterline.
Menunggu di stasiun rangkasbitung (foto: pribadi). |
Kali ini saya sudah mengaktifkan mode SKSD dan
berbincang dengan seorang ibu. Topiknya soal pembelian tiket kereta api lokal
Merak. Tiketnya dapat diperoleh dengan membeli di aplikasi KAI Acces. Terjawab
sudah penyebab saya tidak bisa membeli tiket kereta api di aplikasi pembelian
tiket perjalanan yang biasa saya pakai.
Buru-buru unduh aplikasi baru dan cek pembelian tiket
untuk kembali ke Jakarta. Ternyata seluruh tiket telah habis terjual. Berarti
tidak bisa pulang dengan kereta api. Ayo cari alternatif lain agar bisa
kembali.
Ketika commuterline benar-benar berhenti, saya
mengekor keluarga muda. Rupanya stasiun Rangkasbitung tengah berbenah. Sebagian
jalur keluar ditutupi seng sehingga menjadi lebih sempit. Kami terus berjalan
keluar dan memutar agar bisa kembali ke area stasiun.
Saat duduk menunggu saya baru tahu kalau kereta api
lokal Merak yang akan kami naiki itu baru akan berangkat pukul 17.00 WIB.
Padahal saat itu baru pukul 12.30 WIB. Artinya akan banyak waktu terbuang dan
saya akan tiba di Kota Serang saat senja. Tentu bukan hal yang menyenangkan
jalan-jalan di senja hari.
Tidak ada jalan lain, harus cari alternatif angkutan
menuju Kota Serang. Saya tadi sempat mendengar seorang bapak-bapak menawarkan
angkutan Damri menuju Kota Serang. Tanpa banyak pertimbangan, saya memilih
pamit pada keluarga muda itu dan menghampiri bus Damri. Kendaraan yang
terparkir tidak jauh dari tempat saya duduk terlihat berumur.
Armada damri ke kota serang (foto: pribadi). |
Ukuran busnya sedang dengan stiker Damri terpasang di
bagian kiri dan kanan bus. Sepertinya saya akan memasuki masa silam. Menjalani
suatu kenangan yang entah berlangsung bertahun-tahun silam.
Sambil menyiapkan diri, saya naik ke atas bus yang
hampir terisi penuh. Bersyukur bangku bagian depan masih kosong. Langsung saja
duduk di sana. Di depan saya masih ada bangku dengan posisi menyamping
menghadap pengendara.
Ya ampun, ini bener-benar seperti bus yang saya naiki
setiap kali bepergian. Tidak berhenti sampai disitu, ketika semua bangku penuh
terisi, kenek bus tiba-tiba mengelar tikar plastik di atas kap mesin. Tikar itu
bisa diduduki oleh dua orang penumpang. Benar-benar ingatan saya ditarik
mundur.
Beruntung bus Damri melaju di jalan tol sehingga
perjalanan tidak terlalu lama, hanya 40 menit saja. Namun bus ternyata tidak
berhenti di terminal bus Pakupatan, tapi langsung berbelok menuju Cilegon. Ya
sudah turun saja.
Ngampar di atas bus (foto: pribadi) |
Saya kembali berbincang dengan seorang ibu yang dengan
baik hati menunjukkan arah yang ingin saya tuju. Katanya tidak terlalu jauh.
Jika naik ojek tak perlu membayar hingga 20 ribu. Akhirnya saya memilih naik
angkot. Tidak sampai 5 menit saya sudah sampai. Ternyata dekat.
Hampir dua jam mengunjungi Kota Serang, saya segera
kembali ke rumah. Dari petunjuk yang saya dapat, saya bisa menumpang bus ke
arah Terminal Kampung Rambutan dengan menunggu di dekat pintu RS. Sari Asih,
tepatnya di seberang Mall of Serang.
Oke, mari menunggu bus yang sliweran di jalan. Ada
yang ke Kalideres, Merak, Bandung, dan Kampung Rambutan. Dengan berlari kecil,
saya mengejar bus menuju Kampung Rambutan. Busnya penuh.
Bus ke kampung rambutan (foto: pribadi) |
Akhirnya saya harus bergembira karena akan berdiri.
Tak apa, toh selama ini saya tidak pernah berdiri saat bepergian karena pakai
motor. Ketika bus mulai berjalan saya menduga apakah akan ada pengamen dan
penjaja makanan di dalam bus?
Namanya angkutan umum, berulang kali bus berhenti di
terminal atau titik-titik tertentu untuk pengecekan jumlah penumpang. Nah, di
salah satu titik ini naiklah dua orang perempuan membawa tas hitam. Seorang
perempuan merangsek ke depan. Seorang lagi berada di belakang.
Tanpa dikomando keduanya kompak membagikan amplop ke
setiap penumpang. Disertai sedikit pesan agar penumpang mau berbagi kebaikan.
Tidak lama mengalunlah musik dari alat pemutar musik. Seorang perempuan
kemudian menyanyi. Tidak lama, benar-benar tidak lama. Setelah itu keduanya
segera menarik kembali amplop yang dibagikan. Kemudian bergegas turun di titik
perhentian berikutnya.
Bus terus melaju di jalan tol. Beberapa penumpang
tampak bersiap. Mereka akan turun di pintu tol Kebun Jeruk. Rupanya setelah
penumpang turun, bus tidak langsung bergerak karena beberapa penumpang membawa
bagasi. Keadaan ini dimanfaatkan oleh beberapa pedagang makanan untuk
menawarkan tahu sumedang, lontong, dan kacang. Hua, saya benar-benar berada di
masa lalu.
Berkurangnya jumlah penumpang memberi kesempatan saya
untuk beristirahat. Duduk sebentar hingga bus memasuki tol dalam kota. Bersiap
untuk turun di stasiun Cawang.
Perjalanan selanjutnya menggunakan commuterline menuju
Depok Baru. Saya kembali berdiri sambil bersandar dan memeriksa pesan yang
masuk. Mengindahkan pandangan beberapa remaja yang (entah) terpukau sama saya.
Pastilah rambut abu-abu ini yang menarik perhatian mereka. Rambut saya memang
menarik.
Saya bersyukur akhirnya tiba di rumah menjelang isya.
Akhirnya bisa memeluk dua permata hati dan menikmati makan malam.
Baca juga:
https://www.utarininghadiyati.com/2024/04/pengalaman-naik-pelita-air-service.html
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.