pada tanggal
perjalanan. travelling
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
![]() |
Pagi di Kota Lama Banjarmasin |
Tidak ada rencana
untuk mencari sarapan hingga ke Kota Lama Banjarmasin. Namun itulah yang
terjadi. Untuk menemui teman dan memberi kegembiraan pada jiwa petualang saya.
Awalnya, seorang
teman memberi tahu kedatangan teman narablog, Teh Ani dari Jakarta. Teh Ani
datang dalam rangka pekerjaan. Tidak lama, hanya 3 hari saja. Jumat sudah
kembali ke Jakarta.
Sebenarnya Teh
Ani berkeinginan melihat pasar terapung di Lokbaintan, namun ke sana pada hari
jumat dan waktu penerbangan sekitar jam 12.00 Wita, rasanya nggak akan
maksimal. Khawatir nanti terburu-buru sementara jarak tempuh cukup jauh.
Jadilah dengan
berat hati keinginan ke pasar terapung tertunda. Agenda berganti dengan mengunjungi
Kota Lama Banjarmasin yang tengah jadi buah bibir. Janji ditetapkan, bersua di
kedai Kota Lama Koffie.
Perlu satu jam
untuk saya sampai di sana. Saya memang tidak bermukim di Banjarmasin, tapi di
Kota sebelahnya. Kami, saya, Teh Ani, dan Putri berjanji bertemu pukul 08.30. Agar
sampai tepat waktu, saya harus berangkat pukul 07.00. Sengaja dimajukan sebab
belum pernah mampir ke Kota Lama.
Dengan
menggunakan motor, saya menyusuri jalan Ahmad Yani yang cukup ramai. Orang
melaju menuju kantor. Anak-anak sekolah bergegas menuju tempat belajar.
![]() |
Akhirnya ketemu Teh Ani dan Putri |
Meski tak kencang
benar, tetap harus waspada. Apalagi saat mendekati pasar gambut dan Kertak
Hanyar, banyak pemotor yang tiba-tiba berbelok untuk berbelanja.
Memasuki Kota
Banjarmasin, keriuhan jalan mulai berkurang. Arus lalu lintas sangat lancar.
Menurut peta, letak Kota Lama berada di seberang Pasar Sudimampir. Oh, saya
tahu letak pasarnya. Ini pasar utama di Kota Banjarmasin, tempat berbagai
barang dijual. Agak mirip dengan Pasar Tanah Abang di masa lalu.
Pagi ini suasana
di Pasar Sudimampir belum ramai. Sejumlah toko belum buka. Beberapa penjaga
toko tengah bersiap membuka toko.
Ada juga penjaja
kembang tabur di tepi jalan. Duduk menunggu di trotoar dengan baki berisi
bunga. Saya masih terus melaju hingga pertigaan. Sempat tergoda untuk mampir di
toko roti lama yang ada di pojok jalan. Namun teringat kalau harus mencari
letak Kota Lama, saya tidak ingin teman-teman menunggu. Kembali melaju ke jalan
Bank Rakyat hingga pertigaan.
Sesuai peta, di
depan saya harus berbelok sedikit ke kanan lalu masuk ke dalam lorong. Ternyata
saya menyusuri jalan di belakang sebuah bank. Bukan ini tempatnya.
Putar balik,
kembali ke arah semula dan menyusuri jalan untuk masuk ke lorong di sebelah.
Rupanya lorong ini merupakan area parkir kendaraan pengunjung Kota Lama.
Waktu sampai di
sana, saya merasa ada di area pertokoan di daerah Kota, Jakarta. Bangunan ruko
dua lantai berukuran sedang. Dengan pintu besi yang tertutup rapat.
Namun rupanya
kawasan Kota Lama yang menjadi kawasan wisata ada di lorong sebelah. Pantas
saja lorong ini tak terlalu ramai.
![]() |
Pagi di Kota Lama. Masih sepi. |
Mestinya motor
saya parkir di sini, tapi karena masih pagi dan belum yakin kalau sudah sampai
di tujuan, lebih baik tetap berkendara ke lorong sebelah lewat sebuah jalan
kecil.
Dan, kini saya di
hadapkan pada deretan bangunan pertokoan lama namun wajahnya berubah.
Wajah deretan
ruko itu terlihat lebih kekinian. Plang nama-nama toko seperti di atur.
Terlihat namun tidak berlebihan. Cukuplah plang berbentuk bulat atau kotak
berukuran sedang.
Pemilihan ukuran
plang sepertinya disepakati bersama. Menurut saya cukup tepat karena
menghadirkan suasana retro yang kuat. Kalau pun toko tak membuat plang, tanda
atau nama toko akan dituliskan langsung pada bagian muka.
![]() |
Plang penanda toko |
Sebab berada di
bagian lama, maka sejumlah tembok bangunan terlihat berlumut. Mungkin bagian
tembok tersebut kerap terkena hujan.
Sebagian besar
toko yang ada tak bersolek habis-habisan. Tak ada warna cat yang menyolok. Benar-benar
menjaga suasana masa lampau.
Asyik
memerhatikan suasana pagi, ketika satu per satu toko mulai dibuka, saya sampai
tidak menyadari kalau belum sarapan.
Sembari menunggu,
saya mengamati Kota Lama Banjarmasin. Sebagian besar toko menghidangkan kopi. Tentu
saja pencetus awalnya ada kedai Kota Lama Koffie.
Setiap kedai
tentu memiliki keistimewaan. Racikan istimewa untuk para pemuja kopi.
Di sela
kedai-kedai kopi, terselip kedai roti, nasi, bakmi, sampai warteg. Hm,
kebetulan belum sarapan. Baiknya mencoba apa ya?
Ada kedai bakmi
tepat di samping Kopi Lama Koffie. Lalu kedai warteg dan di seberang ada kedai
nasi bakar.
Tak lama Teh Ani
dan Putri datang. Segera mencari tempat yang nyaman dan mengenyangkan.
![]() |
Menu sarapan di Kota Lama Banjarmasin |
Akhirnya memilih
sarapan di warteg. Kedainya berbeda dengan warteg umumnya. Tak ada bangku
panjang di hadapan etalase lauk pauk.
Bangku-bangku
dengan meja yang bisa menampung empat orang berada di depan. Lebih tepatnya,
teras toko. Tidak banyak bangku dan meja. Hanya tiga set dan sebuah bangku
memanjang di dinding.
Meski namanya
warteg, sentuhan modernnya terlihat. Seluruh lauk pauk dan sayur tersimpan
dalam wadah stainless steel. Ketika satu persatu tutupnya dibuka, terlihat
beberapa lauk dari ayam. Ada juga sambal goreng ati, telur dadar, telur bumbu
merah, sayur kacang panjang, sayur bersantan, mi goreng.
Untuk minuman,
pemilik kedai telah menyiapkan lemari pendingin. Pembeli dapat memilih dan
menikmati aneka minuman dingin. Tentunya setelah membayar.
Melihat sayur dan
lauk, saya memesan nasi campur dengan lauk telur dadar tebal, tahu masak saus.
Seporsinya Rp 15.000. Untuk minumnya sengaja memesan air mineral. Tak berani
minuman dingin apalagi es. Bisa-bisa suara hilang.
Sarapan hari ini
memang porsinya seperti makan siang, jangan kaget ya. Saya perlu asupan gizi untuk
menunjang pertumbuhan badan dan tenaga selama menempuh perjalanan pulang.
Sajian sederhana
ini sangat mengenyangkan. Cita rasanya untuk saya pas. Tak terlalu asin atau
manis. Warna merah pada tumisan tahu juga tidak terlalu pedas.
Tumis kacang
panjang sebagai sumber vitamin juga masih terasa kriuknya. Tak terlalu lunak.
Warnany juga masih terlihat hijau.
Saat bersantap,
sengaja tidak memberikan sambal sebagai tambahan agar bisa merasakan masakan
yang sebenar-benarnya. Sedikit demi sedikit nasi dan teman-temannya lenyap,
menyisakan permukaan piring yang terlihat mengilap.
Menyenangkan
sekali sarapan kali ini. Apalagi sambil bercengrakama dengan Teh Ani dan Putri.
Kini saatnya kembali menglaju ke tempat tugas dengan energi penuh dengan
kegembiraan.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.