- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Acara selamatan menyambut kelahiran seorang bayi merupakan salah satu upacara daur hidup manusia. Upacara lainnya akan dilakukan ketika ia lahir, menikah, dan diakhiri dengan upacara kematian.
Siang itu saya bersiap-siap menghadiri undangan dari
seorang tetangga. Ia akan mengadakan selamatan untuk menyambut kelahiran
cucunya. Meski sudah tidak sabar, saya memilih menunggu ibu-ibu lain untuk
berangkat bersama.
Bersama-sama kami menuju rumah bercat hitam. Tikar
dihampar memenuhi teras dan bagian dalam rumah. Pada bagian tengah terlihat
beberapa kue ditata memanjang. Tepat di ujung tikar terdapat dua buah kursi dan
beberapa botol air. Pasti kursi itu akan digunakan untuk memandikan ibu yang
akan di upacarai, begitu duga saya.
Bersama beberapa ibu, saya memilih duduk di bagian
dalam, tepat dihadapan kedua calon orangtua. Wajah keduanya tampak gembira,
begitu juga dengan calon nenek yang tak henti meminta kami menikmati kue-kue
yang tersaji.
Upacara Daur Hidup
Acara selamatan tujuh bulanan yang akan saya ikuti
merupakan bagian dari upacara daur hidup seorang manusia. Upacara daur hidup
adalah bentuk upacara adat sebagai wujud realisasi dari penghayatan manusia
terkait dengan tiga fase penting kehidupannya. Kelahiran, perkawinan, dan
kematian.
Khusus mengenai acara selamatan 7 bulanan, umumnya
dilakukan pada kehamilan yang pertama. Tujuannya untuk memberikan dukungan bagi
sang ibu, bahwa perubahan bentuk tubuh yang terjadi selama masa kehamilan
membuatnya tetap terlihat memesona.
Itu sebabnya, si calon ibu akan mengenakan roncean
melati dan menganti pakaian atau kain sebanyak 7 kali.
Upacara 7 Bulanan.
Saya sama antusiasnya dengan tuan rumah. Saya sudah
tidak sabar lagi ingin melihat jalannya upacara 7 bulanan dari daerah Banjar.
Dari buku yang pernah saya baca, upacara 7 bulanan, ada juga yang melaksanakan
saat kandungan memasuki 4 bulan. Upacara ini biasa disebut mandi-mandi karena
sang ibu akan dimandikan.
Kegiatan upacara 7 bulanan bertujuan untuk memohon
keselamatan bagi calon bayi dan ibu, serta proses persalinan dapat berjalan dengan
lancar. Dari perbincangan dengan calon ibu, upacara 7 bulanan akan mengikuti
adat istiadat Jawa, sesuai dengan asal daerahnya.
Sayang perbincangan harus disudahi sebab upacara
akan dimulai. Dipandu seorang guru, kegiatan dimulai dengan membaca ayat suci
al’quran serta doa.
Botol Air dan Manggar
Usai pembacaan doa, pasangan suami istri tersebut
diminta berpindah tempat ke teras depan. Mereka lantas didudukan di kursi yang
telah disiapkan di ujung tikar. Tidak mau ketinggalan, saya dan ibu-ibu lain langsung
membentuk lingkaran di depan pasangan tersebut. Siap melihat dan mengabadikan
upacara selanjutnya.
Supaya leluasa, saya sengaja berdiri paling depan.
Nah, kini saya leluasa mengamati apa saja yang dipakai untuk upacara.
Tepat di lantai dekat kaki sang calon ayah terdapat
beberapa botol air kemasan. Ukurannya beragam, ada yang besar dan kecil.
Sebilah golok juga tergeletak di dekat dua buah kelapa bergambar wayang, Kamajaya
dan Dewi Ratihi. Sementara di samping calon ibu, terdapat sebuah manger pinang dan
baskom berisi air dan kembang. Beberapa lembar kain ditaruh tepat di
belakangnya.
Para tetua kemudian berkumpul di belakang pasangan
suami istri itu. Upacara pun dimulai. Ditandai dengan penyiraman air dari
baskom oleh orang yang paling dituakan. Wajah si calon ibu terlihat terkejut
saat air pertama mengenai kepalanya. Pasti airnya dingin karena cuaca mendung.
Sang calon ayah juga ikut mendapat siraman, namun dia tidak terlalu terkejut.
Setelah semua tetua menyiramkan air dari baskom,
prosesi mandi-mandi dilanjutkan dengan menyiramkan air yang diambil dari 7
sumber mata air. Air itu tersimpan dalam botol plastik yang berada di dekat
kaki calon ayah.
Tentu saja tidak sembarang mata air yang digunakan.
Sayangnya saya tidak bisa mencari tahu dari sumber mana saja air itu berasal.
Uniknya ketika air tersebut akan disiramkan ke atas
kepala calon ibu, terlebih dahulu diletakkan
sebuah bunga manger yang masih belum mekar. Posisinya diatur sedemikian
rupa sehingga air akan mengalir melewati dahi dan hidung. Sang ibu harus bisa
meminum air yang mengucur dari bunga manger itu.
Setelah semua air dari mata air habis, sang calon
ayah diminta untuk membelah dua buah kelapa cangkir yang telah digambari tokoh Kamajaya dan Dewi Ratih. Hanya kelapa bergambar Dewi Ratih yang dapat dibelah dengan
mudah. Sementara kelapa bergambar Kamajaya baru terbelah sempurna setelah dua
kali dihantam golok.
Ketika kedua kelapa terbelah, semua bersorak
gembira. Namun rangkaian acara belum selesai. Bunga manggar harus dikupas.
Sebagian besar isinya dibagikan kepada para tamu. Sisanya dilempar ke atas
atap.
Angin yang bertiup membuat calon ibu terlihat
menggigil, namun ia masih bertahan sebab masih harus memantaskan pakaian.
Beruntung acara memantaskan pakaian berlangsung cepat sehingga dia bisa segera berganti
pakaian.
Dawet dan Rujak
Semua undangan kembali duduk dan menunggu calon
orangtua berganti pakaian. Baru setelah itu upacara 7 bulanan dilanjutkan
dengan berjualan dawet dan rujak. Kedua sajian ini dikemas dalam plastik, para
tamu lantas membelinya.
Dawet yang dibuat sebenarnya memiliki makna agar kelak bayi yang dikandung akan lahir dengan mudah. Sedangkan rujak yang disajikan saat upacara 7
bulanan berkaitan erat dengan jenis kelamin bayi yang dikandung si ibu.Jika rasa rujak kurang pas, diyakini anak yang lahir berkelamin laki-laki. Sebaliknya, jika rujak yang disuguhkan meiliki rasa pas maka sang Ibu mengandung bayi perempuan.
Kegiatan jual beli dawet dan rujak ini menutup
rangkaian upacara 7 bulanan yang saya ikuti. Senang rasanya bisa melihat langsung
upacara 7 bulanan di kota Banjarbaru.. Melihat ragam budaya yang berbeda akan
memperkaya pengetahuan dan pengalaman saya. Semoga budaya ini tetap lestari.
Komentar
Saya belum pernah menghadiri acara tujuh bulanan, seringnya liat di tv saja :D tapi baca cerita mbak lebih lengkap akan maknanya tiap hal di upacara.
BalasHapusMudah-mudahan nanti mbak bisa melihat langsung. Asyik mbak, plus pengetahuan bertambah.
Hapushampir mirip yang kaya di Jawa ya.
BalasHapusAda pecah kelapanya juga, cuma kelapanya gak di gambar hehe
Iya mirip mbak karena yang bikin acara orang jawa juga.
Hapuspernah liat juga pas sepupu ngadain 7 bulanan, pake pelaminan tapi khusus untuk si calon ibu. kue-kue khas banjar yang 21 macam disajikan juga.
BalasHapusWah ini yang tujuh bulanan gaya banjar ya mbak. Pingin lihat deh.
HapusUnik ya. Apalagi kelapanya yg harus digambar. Seru juga liat adat2 gini XD berarti kalau kehamilan selanjutnya gak lagi ya cuma pertama aja
BalasHapusIya hanya kehamilan pertama. Nggak tau kenapa saya suka ngeliat acara kayak gini wkwkwkwkwk seru dan unik
HapusDuh, inget acara 7 bulanan anak pertama dulu. Malu2 gimana gitu dimandiin di depan rumah. Habis itu auto bertekad gak mau acara 7 blnn lg anak k2.. Wkkw
BalasHapusUntung acaranya cuma untuk kehamilan anak pertama mbak. Jadi nggak harus ngulangin lagi.
HapusAku selalu suka acara adat begini. Rasa kekeluargaannya terasa kental banget.. Sayang anak pertama dulu aku mengadakan acara 7 bulanan.
BalasHapusAcaranya jadi ajang kumpul keluarga ya mbak. Senang pasti karena semua datang dan support.
HapusSaya pas hamil anak pertama dulu juga ada mandi-mandi kayak gini tapi untungnya cuma dilihat sama tante dan Keluarga dekat. He
BalasHapusWow masih menjalankan tradisi ya mbak. Keren banget.
HapusUdah lama rasanya ga liat org acara begini eh, dulu waktu kecil suka liat acara begini terus ngambil mayangnya gitu. hehe
BalasHapusWah iya kembang mayangnya disebar gitu sama uang receh. Ramai lho pas anak-anak rebutan.
Hapus