- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Don't give up when you still have something to give. Nothing is really over until the moment you stop trying". Brian Dyson
Siang itu langit hitam, angin bertiup kencang. Pepohonan akasia di seberang tanah lapang tampak meliuk-liuk mengikuti arah angin. Suara atap yang berderak semakin membuat saya was-was.
Dari balik jendela saya memandang cemas ke arah pohon bidara. Seperti halnya akasia, ia juga menari hingga ujung rantingnya menyentuh tanah. Dalam hati saya berdoa agar kali ini si peneduh halaman mampu bertahan. Dua kali sudah ia hampir tercerabut karena tak kuat menahan deraan angin. Beruntung tak seluruh akarnya terangkat, hanya batangnya harus berputar ke arah yang berbeda.
Kali ini, ketika pohon bidara semakin tinggi, tentu akan semakin kuat angin yang menerpanya. Namun saya bersyukur karena akarnya semakin kokoh hingga mampu membuatnya berdiri tegak. Tetap menaungi pohon-pohon kecil yang ada di bawahnya dari sengatan matahari.
Teh Indari (foto: Indscript) |
Sambil berteduh dibawah pohon bidara, saya teringat pada seorang perempuan bernama Teh Indari Mastuti. Memang kami belum pernah bertemu langsung. Saya hanya mendengar suara dan membaca kisah hidupnya secara daring ketika saya mengikuti perbincangan di sebuah grup.
Kesempatan ini dapat saya peroleh karena bergabung dengan komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN). Saya memang berniat untuk tidak berhenti belajar dan mengasah kemampuan di bidang tulis menulis. Dan, saya tidak salah tempat. Meskipun ketika bergabung saya buta soal sosok dibalik komunitas IIDN.
Mengenal Indari Mastuti
Maafkan saya jika baru mengenal sosok dibalik komunitas IIDN. Namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Dialah Teteh Indari Mastuti, seorang Ibu yang berhasil menggagas, mendirikan, dan mengembangkan komunitas IIDN.
Program untuk perempuan (foto: indscript) |
Kegemarannya menulis merupakan pemicu awal berdirinya IIDN. Teh Indari tak cuma menulis, dulu ia bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Kenikmatannya bekerja rupanya belum bisa memberinya kepuasan. Ia ingin bisa berkarya dari rumah, tidak hanya sebagai penulis tapi juga sebagai pebisnis.
Terjun di dunia yang telah dekat, bahkan bisa dibilang sudah jadi makanan sehari-hari tidak serta merta membuat segalanya mudah. Karpet merah itu baru terbuka ujungnya. Masih perlu upaya keras untuk membuatnya terhampar. Artinya perjuangan harus dimulai.
Indscript Creative
Bersama Bang Aswi, Anton, dan Tati, Teh Indari mulai mengibarkan bendera usaha bernama Indscript Creative. Jalurnya senada dengan penerbitan hanya berbeda warna. Indscript berkonsentrasi pada penyediaan naskah yang dibutuhkan para penerbit.
Ketepatan membidik peluang jelas membuat roda usaha seketika menggelinding kencang. Boleh dibilang, Indscript Creative jadi primadona para penerbit sebab mereka tak perlu pusing mencari naskah. Apa yang dimaui dalam waktu sekejap akan disediakan oleh perusahaan Indari.
Sayang, roda itu membentur batu hingga terjatuh. Teh Indari harus menelan pil pahit. Usahanya hancur karena minimnya pengawasan pada naskah yang dipesan. Banyak naskah ternyata tak layak untuk dipublikasikan.
Salah satu karya Teh Indari (foto: Indscript) |
Menyadari kesalahan yang terjadi, perempuan tangguh ini tidak tinggal diam. Kerugian memang membuatnya terpuruk hingga ke titik terendah, namun Teh Indari berusaha bangkit untuk memperbaiki kesalahan.
Saya benar-benar salut. Tentu tidak mudah memulai kembali dari nol setelah berhasil meraih kejayaan. Hebatnya, perempuan berkacamata ini berhasil bangkit dan terbang lebih tinggi.
Dari perbincangan yang saya ikuti, ada 5 kunci keberhasilan penggagas IIDN yang bisa ditiru yaitu:
1. TOTALITAS
Benar-benar total mengurusi usaha yang dimiliki dari lini paling bawah, seperti mencari penulis, melakukan kontrol pada naskah yang masuk, mencari tahu kebutuhan penerbit, hingga mencari tahu kebutuhan pelanggan. Termasuk memperbaiki kesalahan dan memberikan layanan tambahan untuk menjaga loyalitas pelanggan.
2. TIDAK BERHENTI BELAJAR
Kegiatan belajar terus dilakukan, baik dengan cara membaca artikel dan buku maupun mengikuti kelas motivasi dan pengembangan usaha.
Ada yang cara unik yang bisa ditiru untuk bisa mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri secara gratis yaitu dengan mengikuti kompetisi.
3. OPTIMIS
Jadikan pengalaman sebagai guru yang terbaik. Terus berpikir positif akan mampu mendongkrak optimisme dalam membangun usaha.
Program Indscript (foto: Indscript) |
4. INOVASI
Jangan pernah puas pada satu titik. Terus lakukan pengembangan sesuai bidang usaha yang telah berjalan. Tujuannya untuk menopang dan memperkuat usaha. Seperti yang dilakukan Indari yang membuat komunitas IIDN, Indscript Personal Branding, Indscript Direct Selling, Indscript Training Center, Ibu-ibu Doyan Bisnis, Kunikita, dan Bukuin.
5. BRANDING
Menguatkan citra diri dan usaha mutlak dilakukan agar semakin banyak orang dan perusahaan yang tahu siapa kita. Saat ini kegiatan branding dapat dilakukan melalui media sosial sehingga lebih mudah.
Berbagi dengan sesama (foto: Indscript) |
6. BERBAGI
Kegiatan berbagi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti berbagi ilmu melalui media sosial, pemberian hibah modal usaha, donasi, sampai kegiatan bebas riba.
7. HIDUP SEIMBANG
Sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Oleh karena itu keseimbangan diperlukan agar tidak berat sebelah. Keseimbangan itu dapat dimulai dari diri sendiri dengan menerapkan pola hidup sehat. Membagi waktu untuk bekerja dan keluarga. Menyisihkan keuntungan usaha bagi mereka yang membutuhkan.
Sungguh, mengikuti dan menyimak setiap tulisan yang dibuat Teh Indari membuat mata saya terbuka bahwa kerja keras akan memberikan hasil. Tetaplah fokus pada tujuan dan jangan pernah berhenti belajar.
Selamat ulang tahun Indscript Creative. Semoga akarmu semakin kuat dan mampu menaungi semua makhluk yang ada di bawahmu.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.