- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Ketika hujan turun, ingatan selalu kembali pada sajian berkuah. Kehangatannya tidak hanya memanjakan lidah, tapi juga hati yang bergembira saat menyantapnya.
Meski kerap mencari-cari masakan berkuah saat udara dingin, saya tidak menutup hati pada sajian ini meski cuaca tengah panas.
Entahlah, meski berkeringat ketika menyantapnya membuat saya menemukan sensasi yang berbeda.
Kalau pun keinginan itu datang, saya tak pernah mematok suatu tempat "wajib" untuk didatangi.
Biarkan langkah menuntun dan beri kesempatan lidah bertualang. Seperti kali ini, saya memilih menikmati soto ayam bang Amat nan legendaris di Banjarmasin.
Soto banjar bang amat banjarmasin (koleksi pribadi) |
Tepian Sungai Martapura
Ini memang bukan kali pertama, seingat saya sudah tiga kali saya datang ke sini. Pertama kali saat baru menjejakkan kaki di kota seribu sungai. Hmm sekitar 7 tahun lalu ya.
Waktu itu hari belum sore benar. Namun waktu makan siang sudah lama lewat. Sambil bersantap, saya justru memperhatikan alap-alap dan elang yang mencari makan di sungai Martapura.
Kali kedua, dua tahun lalu, kembali ke sini bersama teman. Rupa dan rasa soto masih tetap sama.
Tahun lalu adalah yang ketiga. Kala itu sedang ramai-ramainya. Saya tercengang dengan porsinya. Rupanya mantan pacar memesan porsi lengkap yang benar-benar melimpah. Stt, saya berhasil menghabiskannya.
Lontong atau nasi
Dalam sepiring soto banjar pasti akan ada bihun, potongan wortel dan kentang, beberapa iris telur rebus, dan suwiran daging ayam.
Bersamanya diletakkan piring kecil dengan potongan jeruk limau. Penambahan air jeruk bisa membuat rasa soto berbeda.
Saya masih belum mengerti bagaimana rasa asam mampu menguatkan rasa kuah yang terbuat dari kaldu ayam dengan berbagai bumbu dan susu. Namun kombinasi rasanya benar-benar menakjubkan.
Kalau tak berpesan, ke dalam soto akan ditambahkan lontong. Buat yang tak suka bisa meminta nasi. Ah, saya lupa berpesan agar soto banjar tampil apa adanya. Tanpa lontong atau nasi supaya rasa benar-benar terjaga.
Makan siang nan ramai
Layaknya tempat favorit banyak orang, warung soto banjar bang amat yang berada di bawah jembatan, akan sangat ramai saat makan siang.
Bangku-bangkunya dipenuhi wisatawan dan warga banjar. Berbagi mejalah dengan yang lain agar semua senang.
Bangku di tepi sungai martapura adalah yang paling dicari. Entah di bagian lesehan atau meja panjang. Banyak orang yang menginginkan melihat hilir mudik klotok seraya menyantap sepiring kelezatan.
Suatu siang di warung soto bang amat (koleksi pribadi) |
Cemilan, teman menunggu
Meski menyajikan soto, bukan berarti makanan akan langsung bisa disantap. Ada jeda waktu tunggu. Meski tak lama, bisalah mengisinya dengan mengunyah camilan.
Pilihannya banyak. Lihat saja di samping meja kasir. Kacang renyah sudah pasti membuat lupa waktu. Atau, nikmati potongan buah mangga segar yang ada di depan sana.
Saya lebih memilih peyek kacang. Rentahnya membuat hati tergoda untuk mengambilnya lagi dan lagi.
Aneka camilan (koleksi pribadi) |
Pangkalan klotok
Rupanya warung soto ini memiliki dua wajah. Pada siang hari, warung benar-benar warung yang sesungguhnya. Ada pengunjung dan makanan.
Tapi cobalah datang pagi-pagi buta. Warung yang mungkin baru mulai memasak, sudah mulai didatangi orang.
Mereka akan masuk ke dalam, menuju bagian tepi warung, tempat beberapa klotok tertambat. Satu per satu penumpang naik ke dalam klotok, mereka akan menuju pasar terapung lok ba intan. Ya, inilah dermaga klotok yang merupakan rupa lain dari warung soto bang amat. Beruntung saya sudah pernah melihat keduanya.
Warung soto bang amat ( koleksi pribadi ) |
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.