Bulan Oktober merupakan bulan Peduli Kanker Payudara se
dunia, entah mengapa saya teringat pada teman-teman yang tengah berjuang
melawan penyakit ini. Walaupun tidak bisa berada di sisi mereka, saya tetap
merasakan semangat teman-teman yang membara.
|
Add caption |
Semangat ini pula yang saya dapati dari seorang Ibu. Kami
bertemu secara tidak sengaja. Waktu itu, saya sedang mencari pupuk untuk
tanaman, sebenarnya bukan rumah beliau yang ingin saya datangi, namun entah
bagaimana saya justru sampai di rumah bercat putih itu.
Beberapa ekor sapi berada di dalam kandang di samping rumah.
Menandakan sang empu rumah membuat pupuk kandang, seperti kebiasan para
peternak lainnya. Ternyata benar. Saya akhirnya bisa mendapatkan beberapa
karung pupuk organik.
|
Para survivor kanker di sebuah acara (dokumentasi pribadi) |
Sembari menunggu pupuk disiapkan, beliau meminta saya duduk.
Perbincangan pun terjalin. Di awali dari soal pupuk hingga penyakit yang tengah
diidapnya. Ternyata, Ibu yang pandai membuat tempe ini tengah berjuang melawan
kanker payudara.
Stadiumnya masih menengah, namun bukan berarti pengobatannya
mudah. Payudara kirinya terpaksa diangkat. Tidak hanya itu, beliau harus
menjalani radiasi dan kemoterapi. Berat, tentu saja. Namun, tidak ada kata
menyerah dalam kamusnya. Keluarga dan anak-anak adalah sumber kekuatannya untuk
terus berjuang.
Apa Itu Kanker Payudara?
Kembali ke rumah dengan beberapa karung pupuk, saya merasa
bersyukur telah bertemu beliau. Saya merasa kembali diingatkan pada teman-teman
yang tengah berjuang melawan kanker payudara.
Meski pernah berinteraksi dengan teman-teman penyintas
kanker, saya akui pengetahuan tentang kanker payudara masih minim. Inilah yang
mendorong saya mencari tahu lebih jauh perihal kanker payudara.
Dari informasi yang saya peroleh melalui internet, Kanker
payudara atau carcinoma mammae merupakan kanker yang berasal dari kelenjar,
saluran, dan jaringan penunjangnya, tidak termasuk kulit payudara. Kanker
payudara merupakan salah satu kanker yang menyerang perempuan, selain kanker
rahim.
Apa Faktor Risikonya?
Saya kembali bertanya pada diri sendiri, apa saja sih yang
menyebabkan timbulnya kanker payudara?.
Sayangnya, sampai saat ini saya belum mendapatkan jawaban
pasti dari pertanyaan tersebut. Namun, ada beberapa faktor yang disinyalir dapat
meningkatkan terjadinya kanker payudara, yaitu:
- 1. Merokok dan terpapar asap rokok (perokok pasif)
- 2. Pola makan yang buruk (tinggi lemak dan rendah
serat, mengandung zat pengawet atau pewarna makanan)
- 3. Mendapat haid pertama pada umur kurang dari 12
tahun
- 4. Menopause setelah umur 50 tahun
- 5. Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun
- 6. Tidak pernah menyusui anak
- 7. Pernah mengalami operasi pada payudara yang
disebabkan oleh kelainan tumor jinak atau tumor ganas
- 8. Di antara anggota keluarga ada yang menderita
kanker payudara.
Seperti apa Gejalanya?
Ternyata untuk mengetahui apakah seseorang terkena kanker
payudara bisa diketahui dari gejala yang ditimbulkan, seperti:
- 1. Timbulnya benjolan di payudara.
- 2. Keluarnya cairan berdarah dari puting.
- 3. Perubahan bentuk atau tekstur puting atau
payudara.
Sayangnya, ada kalanya gejala tersebut tidak nampak pada
seseorang. Tetapi cobalah perhatikan baik-baik kondisi payudara dan segera
memeriksakan diri jika mengalami hal-hal berikut:
- a. Ada benjolan di payudara.
- b. Puting payudara terlihat sungsang.
- c. Ada rembesan dari puting.
- e. Timbul rasa tidak nyaman.
- 5. Kemerahan atau pembengkakan di kelenjar getah
bening.
Apabila salah satu gejala atau tanda-tanda tersebut
terlihat, saya menyarankan untuk segera memeriksakan diri. Data dari Kementrian
Kesehatan RI menyebutkan bahwa angka penderita kanker payudara sebanyak 42,1
per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian mencapai 17 per 100.000
penduduk.
Hanya 40% dari data tersebut yang berhasil diketahui atau
didiagnosis saat stadium awal. Persentasenya bisa naik apabila para perempuan
mau melakukan deteksi dini.
SADARI
Deteksi dini? Ah, saya ingat seorang teman pernah berbicara
soal ini. Waktu itu saya sudah berencana untuk mengikuti kegiatan deteksi dini
kanker payudara di sebuah lembaga yang berada di Jakarta Selatan. Tetapi, tidak
jadi karena urusan pekerjaan. Setelah itu saya benar-benar lupa akan hal ini.
Pertemuan dengan Ibu pemilik peternakan sapi, seperti
mengingatkan saya untuk segera melakukan deteksi dini. Rupanya, semesta sangat
mendukung. Tiba-tiba saya mendapat pesan bahwa akan diadakan pemeriksaan
kesehatan, termasuk pemeriksaan IVA dan SADARI.
Tanpa banyak pertimbangan, saya langsung mendaftarkan diri
sebagai peserta di acara yang digelar untuk memperingati hari keluarga. Ada
rasa lega, sekaligus cemas.
|
Menunggu antrean pemeriksaan SADARI (dokumentasi pribadi) |
Pada hari yang telah ditetapkan, saya segera menuju ke
tempat pemeriksaan di kantor DPRD Kota Banjarbaru. Sekitar jam 10.00 WITA saya
tiba dan sudah banyak ibu-ibu yang datang.
Langsung mengurus pendaftaran ulang serta melakukan
pemeriksaan kesehatan. Baru setelah itu menunggu di depan kamar pemeriksaan
untuk melakukan SADARI. Oh, ya, SADARI merupakan singkatan dari periksa
payudara sendiri.
Mengapa dan kapan harus dilakukan SADARI
Selama menunggu, saya berusaha membuang semua rasa cemas.
Saya hanya manusia biasa yang memiliki
rasa takut. Bagaimana jika hasilnya buruk? Apa yang harus saya lakukan? Dan
masih banyak pertanyaan lain yang berputar-putar di benak.
Hm, tarik napas dulu. Saya harus ingatkan diri kembali untuk
berserah pada pemilik hidup. Bukankah saya sudah bertekad untuk mencari tahu
soal kesehatan diri. Apa pun hasilnya, saya harus siap. Pelan-pelan rasa tegang
mencair.
Nama saya dipanggil, kini saatnya memeriksakan diri.
Ternyata di dalam kamar ada seorang petugas medis perempuan. Padanya saya
bertanya seputar pemeriksaan hari ini. Mengapa dan bagaimana melakukan SADARI.
Dengan ramah, petugas tersebut menjawab pertanyaan saya.
Menurutnya, SADARI penting dilakukan karena kita lebih tahu atau mengenal diri
kita sendiri, apabila terjadi perubahan, kita akan mengetahuinya sejak awal.
|
Petunjuk melakukan SADARI di rumah (dokumentasi pribadi) |
Melakukan SADARI pun tidak perlu waktu atau tempat khusus.
Saya cukup melakukannya sebulan sekali setelah selesai haid. Tempatnya bisa di
kamar tidur atau kamar mandi. Tidak ada peralatan khusus sebab hanya membutuhkan
jari tangan dan cermin.
Oktober Dan Pita Pink
Proses pemeriksaan dan belajar SADARI berjalan dengan baik.
Saya bersyukur hasilnya baik, rasa cemas pun hilang seketika. Begitu akan
meninggalkan kamar periksa, saya diberi sebuah pita berwarna pink yang ditekuk.
Inilah simbol kepedulian terhadap penderita kanker payudara.
|
Pinta merah jambu merupakan simbol untuk kanker payudara (dokumentasi pribadi) |
Adalah The Susan G. Komen Breast Cancer Foundation di
Amerika Serikat yang pertama kali mencetuskan simbol ini pada tahun 1991.
Selain pita berwarna pink, bulan Oktober dinobatkan sebagai
bulan peduli kanker payudara sedunia. Untuk meningkatkan kepedulian para
perempuan,
Blogger Perempuan dan
Wacoal memberikan dukungan dengan cara yang
berbeda.
|
Wacoal dan bulan peduli kanker payudara (dokumentasi pribadi) |
Sebagai sebuah merek pakaian dalam kenamaan dari Jepang,
Wacoal ikut mendukung bulan kanker payudara dengan menyediakan kotak donasi di
toko Wacoal.
Jadi, apabila teman-teman tengah berbelanja atau menikmati
waktu luang dengan berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, sempatkan untuk mampir
di toko Wacoal dan berbagi dengan teman-teman yang tengah berjuang atau menjadi
penyintas kanker payudara. Sekecil apa pun dukungan yang diberikan, akan
berarti bagi teman-teman kita.
|
Penulis di salah satu toko wacoal (dokumentasi pribadi) |
Kalau pun tidak mendapati toko Wacoal, dukungan masih bisa
ditunjukkan dengan membuat tulisan. Sebagai anggota Blogger Perempuan, saya
sangat gembira bisa berpartisipasi di kegiatan ini. Semoga apa yang saya
ceritakan dapat mendorong lebih banyak perempuan untuk peduli dan melakukan
SADARI. “Breast Cancer Blogger Perempuan Movement, in Collaboration with
Wacoal”.
Nb : Tulisan ini dibuat berkaitan dengan kegiatan bulan peduli kanker payudara.
Aku serem bgt mbak setiap kali denger orang terkena kanker. Juga kanker payudara ini. Apalagi gaya hidup berpengaruh banget ya. Semoga kita dijauhkan .Tapi bener. .tindakan sadari sedini mungkin perlu banget
BalasHapusamin. semoga kita bisa terhindar dari hal ini. terima kasih sudah berkunjung mbak enny.
HapusJadi ingat beberapa kenalan yang juga breast cancer survivor, emang harus banget kita SADARI sedari dini si kanker payudara ini.
BalasHapusTerima kasih untuk sharing ya mbak, semoga kesadaran untuk sadari ini semakin tinggi
sama-sama, tulisan ini juga buat pengingat diri saya juga supaya peduli terhadap kesehatan diri sendiri.
HapusWaktu masuk sekolah perawat, ini paling dijelasin diawal sih karena memang membantu banget.
BalasHapuswah mantap, tinggal menyebarluaskan saja ya. oh jangan lupa melakukan sadari di rumah mbak.
Hapuskanker payudara ini memang ngeri ya. memang informasi tentang SADARI ini harusnya lebih banyak disebar biar kaum wanita lebih aware akan kesehatan payudaranya
BalasHapusiya mbak antung, apalagi obatnya belum bisa ditemukan. amin, semoga semakin banyak wanita yang sadar dan lebih peduli pada kesehatannya.
HapusAku bacanya pun jadi deg-degan mbak. Info yang disharing jelas sangat bermanfaat. Jadi nginget dulu tu aku haid pertama kali di usia berapa. Kalo menopause mungkin 10 tahun lagi ya..Entahlah hehe. Kadang bingung juga, kok yang sudah menopause malah rentan terkena kanker payudara.
BalasHapusiya ya mbak, kenapa setelah menopause jadi lebih rentan. apa mungkin pengaruh hormonal? mudah-mudahan kita tetap sehat ya mbak.
Hapus