Generasi Alpha dan Gawai, Bagaimana Orang Tua Menyikapinya Agar Tumbuh Kembang Anak Optimal.


Belakangan, video anak bermata panda yang tersebar di media sosial begitu menyita perhatian. Banyak orangtua meniru tayangan tersebut agar sang buah hati yang termasuk dalam generasi alpha tidak tenggelam dalam gawai. 

Saya merasakan betul bagaimana sulitnya memisahkan anak dari gawai. Walau pun, si kecil tidak lagi tergolong dalam usia balita. Mencoba memberikan pengertian bahwa tidak baik bermain gawai dalam jangka waktu lama, sepertinya tidak terlalu manjur.

Tindakan lain adalah tidak mengijinkannya memiliki gawai pintar sendiri. Konsekuensinya, saya harus berbagi gawai dengan si kecil. Cara ini ditempuh agar saya bisa memantau apa saja yang dilihat dan dibuka olehnya.
Cara yang saya tempuh memang tidak sama dengan orang lain. Namun, yakinlah, saya tidak sendiri. Banyak orangtua memiliki masalah yang sama, resah melihat anak menghabiskan waktu di depan gawai.

Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi waktu bermain gawai. Kadang berhasil, namun kegagalan pun kerap menjadi pemenang. Bahkan pertengkaran kecil kerap terjadi dan sering kali di akhiri oleh kemenangan sang anak berkat tangisannya. Satu kosong untuk si anak.

Kalau sudah begini, saya jadi frustasi dan bingung apa yang harus dilakukan untuk menjauhkan  anak dari gawai. 
grow happy parenting oleh nestle lactogrow
Workshop "Grow Happy Parenting" oleh Nestle Lactogrow (foto: koleksi pribadi)


Generasi Alpha

Sungguh, mencari cara  untuk menaklukan gawai benar-benar tidak mudah. Selain anak jadi asyik dengan dunianya sendiri dan tidak mau bermain dengan teman-temannya, alokasi dana untuk membeli paket data atau pulsa menjadi membengkak. Efeknya, keuangan keluarga menjadi gonjang-ganjing.

Ah, bagaimana ini!

Beruntung saya akhirnya mendapat pencerahan saat menghadiri workshop “Grow Happy Parenting: Happy From The Inside Out” yang digagas oleh Nestle Lactogrow di Banjarmasin. Rupanya, anak-anak yang lahir setelah tahun 2010 merupakan generasi yang sudah terbiasa dengan teknologi informasi. Anak-anak ini adalah generasi Alpha.

Generasi ini sungguh berbeda jauh dengan generasi yang lahir sebelumnya. Tidak heran kalau saya dan orangtua lain gagap menghadapinya.

“Untuk generasi alpha, gawai adalah kebutuhan. Gawai ini punya dua sisi, sisi yang menguntungkan dan sisi yang merugikan,” ujar Elizabeth Santosa, M.Psi, SFP, ACC.

dampingi anak ujar psikolog elizabeth santosa pada acara nestle
Psikolog Elizabeth Santosa memaparkan peran orang tua dalam mengasuh anak (Foto: koleksi pribadi)
 Saya langsung bergetar. Ngeri. Seperti apa jadinya jika saya ternyata memberikan sisi buruk dari gawai.

“Agar tidak memberikan sisi buruk gawai, orangtua harus mendampingi anak saat bersama gawainya. Hadirlah untuk anak. Lupakan gawai saat bersama buah hati. Ingatlah bahwa masa kecil yang baik akan memberi pengaruh positif pada tumbuh kembang anak,” pesan Mbak Lizi, sapaan akrab psikolog berambut pendek ini.

berlatih akan mendapat hasil terbaik, nestle
Berlatih untuk mendapat hasil terbaik (foto: koleksi pribadi)

Jangan malas melakukan berbagai aktivtas yang dapat membuat anak bahagia, seperti mengajaknya bermain, menunjukkan ekpresi emosi yang positif lewat senyuman dan sapaan, memastikan anak cukup tidur, memberikan seluruh kasih sayang dan cinta tanpa syarat, memastikan anak mendapat makanan bergizi, dan siap menjadi pendengar yang baik untuk anak.




Saluran Cerna yang Sehat

Dari seluruh aktivitas tersebut di atas, perihal makanan tidak boleh dianggap sepele. Bersyukurlah negara Indonesia dikarunia sumber daya alam yang sangat kaya. Bahan pangan dapat tumbuh dengan baik dan bisa di panen setiap waktu.

Keberagaman sumber daya alam memberikan kesempatan yang luas untuk saya dan orangtua lain berkreasi. Kebetulan, si kecil sangat suka tahu. Tidak mungkin saya terus menerus menyajikan tahu goreng dong, bakalan bosan. 

saluran cerna anak berbeda dengan orang dewasa, nestle
"Saluran cerna anak berbeda dengan orang dewasa," ujar Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K) (foto: koleksi pribadi)
 Hasil olahan kedelai ini kerap saya olah menjadi tahu gulung alias rolade tahu isi sosis. Lain waktu, si putih lembut berubah menjadi omelet telur atau satai tahu.

Tetapi, saya pernah merasa sedih karena si kecil menolak ragam sajian yang sudah dibuat. Aduh, rasanya kecewa sekali. Jerih payah berjuang di depan kompor sia-sia.

Di antara rasa kecewa, saya tetap berusaha mencari tahu penyebab si kecil menolak makan. Apalagi kalau sampai diikuti oleh naiknya suhu badan. Wah, pasti ada yang tidak beres.

Cepat-cepat deh mengajak si kecil ke tenaga medis untuk mendapat pertolongan. Rupanya, saluran cernanya mengalami masalah.



kreasi makanan dengan play dough yang seru
Berkreasi dengan play dough (foto: koleksi pribadi)


“Usus anak berbeda dengan usus orang dewasa. Perlindungannya belum optimal karena masih ada sel yang longgar. Selain itu lapisan mukosanya belum berkembang sempurna,” papar Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Spk.A(K).

Kesehatan saluran cerna patut, wajib, harus diperhatikan dengan baik, sebab kesehatan saluran cerna mendukung tumbuh kembang anak. Itu sebabnya para orangtua harus memberikan makanan atau minuman mengandung probiotik. Kehadiran lactobacillus reuteri dalam usus membantu nutrisi dapat terserap dengan lebih baik. 


Growhappy


Hmm, dimana ya bisa mendapatkan susu yang mengandung lactobacillus reuteri? Ah, saya tidak perlu memeras otak dengan kuat. Saya bisa mendapatkannya di susu lactogrow dari Nestle.

Susu dengan rasa plain,  vanila, dan madu ini merupakan susu pertumbuhan untuk anak usia 1 tahun ke atas. Di dalamnya mengandung lactobacillus reuteri, Omega 6, Omega 3, minyak ikan, 12 vitamin, dan 7 mineral yang membantu tumbuh kembang anak.

Lactogrow diformulasikan secara khusus oleh para ahli di Nestle Research Centre, Switzerland, untuk membantu tumbuh kembang anak.

brand executive nestle lactogrow
Brand Executive Nestle Lactogrow, Pramudita Sarastri (foto: koleksi pribadi)
 “Selain nutrisi yang baik, kedekatan antara orangtua dan anak serta rajin menstimulasi anak akan sangat mendukung pertumbuhan anak,” papar Pramudita Sarastri, Brand Executive Nestle Lactogrow.

Sungguh, hari ini saya bisa tersenyum. Saya punya pemahaman baru dan bekal untuk mendampingi si kecil. Komunikasi dan kasih sayang tetap menduduki peringkat utama dalam membersamai tumbuh kembang anak. Happy mom, happy kids, grow happy.





Komentar

  1. Pencernaan yang sehat memang penting. Karena katanya pencernaan itu otak kedua manusia. Memang iya, sih. Kalau lagi ada masalah, biasanya pencernaan juga suka ikut terganggu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, pencernaan yang sehat bisa membuat anak dan orangtua bahagia. Tumbuh kembang anak pun jadi maksimal.

      Hapus
  2. aku pernah baca juga nih kak tentang generasi alpha. orangtua dituntut lebih aktif dalam mendampingi anak, karena anak tumbuh bersama teknologi. aku baru tentang lactobacillus reuteri yang penting dalam pertumbuhan anak. makasih infonya kak ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama putri, semoga info ini berguna untuk masa depan nanti.

      Hapus
  3. Setuju...setuju..., jadi orang tua harus sering menjadi teman buat anak agar anak tidak melulu berteman dengan gawai.

    Btw, saya paling was-was kalau ada permasalahan di saluran cerna anak saya, jadi memang harus diperhatikan dengan baik ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saluran cerna memang bikin emak parno karena anak jadi nggak mau makan. Saya pernah mengalaminya. Solusinya ya menjaga asupan makanan dan susu yang baik untuk pencernaan anak.

      Hapus
  4. Emang pr banget ya untuk tidak memberikan gawai ke anak itu. Disisi lain juga orang tua harus kudu ekstra untuk selalu mendampingi si anak bermain.

    Intinya kalaupun mau dikasih gawai harus dikasih waktu yang tegas biar gak kebablasan ya mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak saya yang kecil baru diberi gawai sendiri kemarin, setelah usianya 13 tahun wkwkwkwk. Mungkin karena saya tergolong ortu kolot tapi tak apa.

      Hapus
    2. Anak saya yang kecil baru diberi gawai sendiri kemarin, setelah usianya 13 tahun wkwkwkwk. Mungkin karena saya tergolong ortu kolot tapi tak apa.

      Hapus
  5. dan saya generasi alpha, hehe. memang generasi ini lebih banyak bekerja lewat gawai sih ka, dan profesinya pun sangat unexpected karena apa saja bisa dijadikan uang oleh karya mereka di media

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi, generasi alpha memang dituntut kreatif karena memang masanya begitu. Tapi jangan lupakan sikap baik supaya punya nilai lebih.

      Hapus
    2. Yoi, generasi alpha memang dituntut kreatif karena memang masanya begitu. Tapi jangan lupakan sikap baik supaya punya nilai lebih.

      Hapus
  6. Memang sudah semestinya untuk hiburan dalam bentuk digital bagi anak harus dibatasi baik konten juga waktu akses. Justru sebaiknya difokuskan untuk melatih daya motorik mereka dan masa golden age juga jangan sampai tercemar hal-hal negatif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget mbak, biar bagaimana pum sosialisasi alias bermain bersama lebih seru dan menantang buat anak-anak. Punya teman dan kemampuan bertahan hidupnya berkembang.

      Hapus
  7. Memang anak sekarang sudsh trpengaruh gadget, seperti mlihat temannya main gadget dia ingin juga karena merasa keren, pdahal masa anak2 mrupakan masa eksplorasi dunia nyata, inilah pentingnya org tua untuk eksplorasi anak seperti menemani anak bermain dan tidak membiarkan gadget dimainkan terlalu lama, akan lbh baik gadget untuk edukasi anak hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sama mbak emmy, pokoknya kalau main hp dibatasi plus ditunggui. Habis itu dibujuk biar main sama teman-temannya. Lebih asyik main bersama.

      Hapus
    2. Setuju sama mbak emmy, pokoknya kalau main hp dibatasi plus ditunggui. Habis itu dibujuk biar main sama teman-temannya. Lebih asyik main bersama.

      Hapus
  8. anak saya nih, mbak. duh susah banget lepasnya kalau sudah dikasih hape. sampai berantem kadang-kadang. jadi kalau mau dia nggak megang hape memang harus orang tuanya dulu yang nggak megang hape. heu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, pokoknya drama deh misahin anak sama gadget. Saya berusaha buat nggak megang gadget kalau nemani belajar, ganti pegang benang sama hakpen biar aman.

      Hapus
  9. Asli ya event ini tuh bermanfaat banget dan aku suka banget ilmu yg ada di event ini, cakep.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul...betullll. ilmunya keren plus narasumbernya sangat menarik saat menyajikan. Nggak bikin bosen

      Hapus
    2. Betul...betullll. ilmunya keren plus narasumbernya sangat menarik saat menyajikan. Nggak bikin bosen

      Hapus
  10. Woah ini acara kemarin ya mbak. Sayang ih daku nggak ikutan waktu itu. Semoga tahun depan bisa dengan status sudah menjadi "istri" .. eaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Selalu ada kesempatan.buat ikutan. Semoga tahun depan bisa sama-sama hadir di acara ini ya.

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.