Beberapa hari lalu, ditempat tinggal saya diadakan penyuluhan
tentang rabies. Banyak sekali informasi yang diperoleh, terutama tentang hewan
yang bisa menularkan virus rabies. Kucing adalah salah satunya.
Ini yang harus diwaspadai karena banyak kucing liar di
sekitar tempat saya. Hewan menggemaskan ini gampang berinteraksi dengan kita. Agak tidak percaya, tapi memang begitulah yang terjadi.
Agak ngeri juga, lalu apa yang harus dilakukan ketika kita
atau orang lain tidak sengaja tercakar hewan yang sudah terinfeksi virus
tersebut, lalu bagaimana mengidentifikasi hewan yang sudah terkena rabies?
Sebelum melangkah lebih jauh, yuk kita mengenal lebih dulu
tentang rabies atau kerap disebut penyakit anjing gila. Dari informasi yang
disampaikan oleh petugas kesehatan Kota Banjarbaru, rabies merupakan penyakit
infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies.
Penyakit ini bersifat zoonotik, maksudnya dapat ditularkan
dari hewan ke manusia. Cara paling umum melalui cakaran atau gigitan dari anjing,
kera, kucing, musang, kelelawar, sapi, dan kambing atau mamalia lain.
Penularan juga dapat terjadi melalui semburan air liur hewan.
Hal ini dapat terjadi jika air liur tersebut mengenai kulit manusia yang
memiliki luka. Hm, ngeri juga ya.
Rupanya keterkejutan saya belum berhenti. Ada sebuah fakta
mengejutkan yang disampaikan oleh petugas. Dibandingkan dengan kota dan
kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, populasi kucing terbanyak berada di
Kota Banjarbaru.
Memang sih, masih banyak lahan terbuka di daerah ini. Semak-semak dan hutan menjadi rumah yang nyaman untuk para kucing bersembunyi. Kawasan ini juga jadi area berburu yang menyenangkan untuk mereka. Plus arena bermain yang sangat lengkap.
Fakta ini cukup membuat dinas terkait pusing kepala dan harus
mencari jalan untuk mengatasinya. Tindakan ini harus segera dilakukan karena hewan
inilah yang menyebarkan virus rabies ke manusia.
Keadaan ini jelas membuat kening berkerut, sebab umumnya
hewan yang berpotensi besar terkena rabies dan menyebarannya ke manusia adalah
anjing. Itu sebabnya kerap disebut penyakit anjing gila.
Kerja keras benar-benar harus dilakukan karena kasus rabies
di Kota ini meningkat. Dari data yang dikumpulkan oleh Dinas Ketahanan Pangan,
sepanjang tahun 2018 ditemukan 14 kasus rabies. Tahun ini, hingga bulan April 2019
sudah mencapai 21 kasus. Peningkatannya cukup signifikan ya.
Menyikapi hal tersebut Pemerintah Kota tidak tinggal diam,
selain melakukan penyuluhan, dibentuklah sebuah tim khusus penangganan rabies. Masyarakat
yang terkena cakaran atau gigitan hewan akan segera ditangani dengan pemberian
vaksin.
Penularan Rabies
Seperti yang saya sebutkan tadi, penularan virus rabies dari
hewan ke manusia bisa terjadi akibat cakaran atau gigitan dari hewan. Nah,
hal-hal seperti ini yang kerap diabaikan. Toh, lukanya kecil. Ah, cuma baret
saja kok. Lukanya tidak dalam, begitu alasan yang dilontarkan. Stop! Sekarang jangan
pandang remeh luka akibat serangan hewan.
Biar pun luka tidak terlalu besar, tetap harus segera
ditangani pihak medis. Selain itu cairan atau air liur dari hewan yang terkena
rabies pun dapat menjadi jalan perpindahan virus ke manusia.
Penanganan
Sebelum menemui para medis atau dokter, luka yang disebabkan
serangan hewan harus dibersihkan. Apabila seseorang terkena cakaran atau
gigitan hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies, segera
lakukan langkah berikut:
1.
Cuci
luka dengan sabun atau sabun pencuci piring yang dapat melarutkan lemak dibawah
air mengalir selama 10-15 menit.
2.
Segera
beri antiseptik alkohol 70% atau betadin.
3.
Segera
bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut dan pemberian vaksin.
Gejala
Jangan pernah menunda. Begitulah pesan yang saya tangkap
ketika seseorang tercakar atau tergigit hewan, khususnya hewannya terindikasi
terkena virus rabies.
Penanganan terhadap orang yang terkena cakaran atau gigitan
hewan harus dilakukan dengan cepat. Hal ini penting dilakukan sebab virus
rabies dapat menyebabkan kematian. Gejala rabies memang tidak langsung
terlihat. Dibutuhkan waktu 30-50 hari setelah seseorang terinfeksi virus.
Masa inkubasi hingga munculnya penyakit dapat berlangsung
selama 9 bulan. Namun demikian masa inkubasi bisa lebih cepat jika cakaran atau
gigitan terjadi di daerah bahu, kepala, muka, leher, jari tangan, kaki, alat
kelamin, luka yang lebar, luka yang dalam, atau luka yang banyak.
Gejala yang dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi
4 stadium
Stadium prodromal
Dalam stadium prodromal sakit yang timbul tidak khas atau
tidak menunjukkan perbedaan berarti. Gejala yang dirasakan serupa dengan
penyakit infeksi. Penderita merasa demam, sulit makan yang menuju ke taraf
anoreksia, pusing dan pening.
Stadium sensoris
Penderita mulai mengalami rasa nyeri pada daerah luka
gigitan, panas, gugup,kebingungan, keluar banyak air liur, dilatasi pupil,
hiperhidrosis atau mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak, hiperlakrimasi.
Stadium eksitasi
Pada tahap ini penderita menjadi gelisah, mudah kaget,
kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada
udara, takut cahaya, dan takut air. Kejang-kejang terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang
terjadi karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha menelan air.
Stadium paralitik
Penderita mulau menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas
tubuh ke bawah yang progresif.
Pengobatan
Apabila seseorang tercakar atau digigit hewan segera cari
atau berikan pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun harus dilakukan
secepat mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala.
Penderita akan diberi vaksin rabies dalam periode tertentu. Pada
suntikan pertama, penderita akan diberi dua ampul vaksin. Setelah itu vaksin
diberikan kembali dalam periode tertentu. Metode yang diterapkan di Kota Banjarbaru adalah pemberian vaksin selama tiga tahap, pertama dua ampul, lalu hari ke-7 dan hari ke-14 setelah pemberian vaksin pertama, masing-masing sebanyak satu ampul.
Rabies pada Hewan
Setelah mengetahui bahaya virus rabies yang menyerang
manusia, saatnya mengetahui gejala hewan yang terkena rabies. Ternyata ada dua
perilaku yang ditunjukkan hewan yang terkena rabies.
1.
Rabies
buas
Gejala ini cenderung mudah dikenali
karena hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan
segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian
menjadi lumpuh dan mati.
2.
Rabies
jinak atau tenang
Hewan mengalami kelumpuhan lokal atau
kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit
bernapas, serta menunjukkan kegalakan.
Meskipun seekor hewan memperlihatkan gejala terkena rabies,
satu-satunya uji atau cara mendeteksi yang menghasilkan keakuratan 100% adalah
dengan melakukan pemeriksaan langsung pada hewan tersebut. Uji pada jaringan
otak ini telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam
diagnosis rabies.
Melihat begitu berbahayanya virus rabies, sebaiknya segera
vaksin hewan peliharaan secara berkala. Tindakan ini membuktikan kasih sayang
sesungguhnya seseorang pada hewan peliharaannya. Dengan demikian, kehidupannya
akan lebih baik.
Sumber:
wah ngeri ya mbak, virus rabies ini. btw bener itu mak dicuci pake sabun cuci piring?
BalasHapusbenar mbak, katanya kandungan sabunnya bisa merusak zat yang ada di luka tersebut. pastinya perih banget, tapi nggak apa-apa. tahan sedikit. lalu ke dokter.
HapusWah.... ada imunisasi antirabies nggak ya buat pencegahan? Soalnya aku suka nyamperin dan disamperin kucing-kucing di mana pun.
BalasHapussayangnya nggak ada imunisasi untuk rabies mbak retno. jadi sebaiknya berhati-hati kalau bermain sama kucing.
Hapus