Sungguh, saya
benar-benar tergoda. Mupeng banget setiap kali melihat foto-foto teman atau
siapa pun di Perpustakaan Nasional. Berdiri di depan rak buku yang tinggi
banget. Melihat-lihat koleksinya yang beragam sangat. Sampai menikmati
sofa-sofa cantik sambil membaca buku. Sungguh saya ngiri.
 |
teras gedung perpustakaan nasional |
Foto-foto itu membuat
saya tidak lagi menggenal Perpustakaan nasional. Tempat yang dulu saya sambangi
dengan sukacita. Untuk membaca berbagai buku sekalian mengerjakan tugas kuliah.
Sungguh keadaanya jauh berbeda dengan perpustakaan nasional yang saya tahu. Ya,
perubahan ini terjadi sejak perpustkaan nasional mempunyai gedung baru di Jalan
Medan Merdeka Selatan. Makanya saya membulatkan tekad untuk datang ke sana.
Bersabar selama beberapa waktu, hingga akhirnya bisa menginjakkan kaki di sana.
Suenangnya luar biasa.
 |
naik transjakarta ke perpustakaan nasional |
Lebih seneng lagi
karena bisa menuntaskan janji pada si kecil. Dia juga penasaran dengan
perpustakaan nasional. Maka ketika libur datang, buru-buru kami pergi ke
perpustakaan nasional. Karena temanya jalan-jalan, jadi sengaja pakai
transportasi umum. Kita naik bus transjakarta.
Dua kali transit dan
berdiri di dalam bus, tidak memupus keriangan kami. Tetap gembira dan tertawa
sambil melihat pemandangan di luar sana. Lihat gedung, jalanan, gedung lagi,
dan kendaraan. Tidak ada macet karena sudah liburan. Paling agak lama saja
berdiri menunggu bus transjakarta yang mengarah ke Pulogadung dari halte Monas.
Tidak apa-apa, toh tidak tiap hari ya dek.
 |
selamat datang di perpustakaan nasional |
 |
pintu besar rumah cagar budaya |
Tidak lama kemudian,
bus yang ditunggu datang. Langsung naik, sebentar kemudian kami sampai di halte
balaikota. Saatnya turun, perpustakaan nasional ada di seberang jalan. Cuss
kita menyeberang setelah memencet lampu lalu lintas untuk pejalan kaki.
Akhirnya sampai juga di gedung perpustakaan nasional.
Rupanya, bagian depan
gedung ini adalah sebuah rumah lawas bergaya betawi. Pilar-pilar tinggi berpadu
serasi dengan jendela dan pintu berukuran besar. Sangat khas dan terasa bikin
kangen. Di dalam rumah ini terdapat beberapa ruangan yang difungsikan untuk
pameran.
 |
ruang aksara |
 |
salah satu informasi tertulis tentang aksara |
Yuk ah, kita masuk ke
ruang pertama, ruang aksara. Di ruang ini terdapat layar besar yang
menceritakan perkembangan aksara di Indonesia. Melengkapi informasi lisan yang
disampaikan dengan jelas, saya melihat berbagai macam gambar aksara yang
digunakan masyarakat. Ada aksara jawa, sunda dan lain sebagainya. Si kecil
kelihatan bingung melihat jenis huruf yang berbeda jauh dengan abjad yang
dipelajari di sekolah. Hurufnya bengkok-bengkok gitu. Jadilah saya sedikit
menerangkan (sesuai pengetahuan saya) bahwa inilah aksara yang dikenal
masyarakat sebelum bersentuhan dengan aksara sekarang.
Dari ruang aksara, kami
pindah ke ruang sebelah melalui sebuah pintu penghubung. Di ruang ini tersaji
berbagai macam material yang dipakai untuk menulis. Ada daun lontar, bilah
kayu, hingga kertas. Semua tersusun rapih sesuai masanya. Dari sini, kami
keluar menuju gedung perpustakaan nasional dengan melewati pameran perkembangan
aksara.
 |
media untuk menulis |
 |
media untuk menulis |
Ketika kaki sampai di
luar rumah, tampaklah bangunan menjulan tinggi dihadapan kami. Tulisan besar di
bagian depan seperti menyapa dan mengatakan bahwa kami sudah sampai di gedung
perpustakaan nasional. Foto-foto dulu dong, sayang kalau momen ini dilewatkan
begitu saja. Barulah kami masuk ke dalam.
 |
pameran di gedung cagar budaya perpustakaan nasional |
 |
pameran aksara yang disajikan secara digital |
Dan, akhirnya saya bisa
melihat rak buku itu secara langsung. Tinggi menjulang hingga lantai empat,
sepenuhnya berisi buku-buku besar dan tebal. Tetapi rupanya kejutan menanti di
bagian atas. Tepat di ujung rak buku terlihat peta Indonesia. Ya, ampun bagus
banget.
 |
ini dia rak buku yang tinggi di perpustakaan nasional |
Buku-buku yang
bercerita tentang para presiden kita juga tertata apik dalam kotak kaca. Ada
buku mengenai presiden Joko Widodo, Gusdur, sampai Soekarno. Bergeser sedikit
terdapat sebuah pembatas ruangan berlukiskan wajah para pahlawan.
 |
pemisah ruangan di lobi perpustakaan nasional |
Tidak mau berlama-lama,
saya segera menuju lantai tujuh. Sesuai janji saya pada si kecil. Disinilah terdapat
ruang baca khusus untuk anak-anak. Sebelumnya menyapa pak penjaga keamanan
untuk memastikan apakah tas harus dititipkan atau dibawa. Ternyata boleh dibawa
setelah tahu tujuannya ke ruang baca anak. Untuk menuju ke sana kami harus
menggunakan lift. Cukup lama menunggu lift yang kosong. Akhirnya ikut turun
dulu ke bawah, baru naik menuju lantai tujuh. Cara ini efektif dibandingkan menunggu
lift kosong.
 |
keterangan setiap lantai bisa dilihat disamping lift |
Begitu pintu lift
terbuka di lantai tujuh, seperti tak tertahankan lagi, si kecil langsung
berlari menuju ruang baca. Langkahnya terhenti karena pengunjung tidak boleh
memakai alas kaki. Sepatu dan sandal harus disimpan di lemari sepatu yang
berjajar rapi di tepi dinding. Minuman dan makanan tidak boleh dibawa ya. Kalau
terlanjur membawa minum, taruh saja botolnya di meja dekat lemari sepatu.
Setelah itu masuk dan mengisi buku tamu.
Siang itu, ruangan baca
cukup ramai. Anak-anak terlihat asyik membaca ditemani orangtuanya. Ada yang
membaca sambil duduk atau tiduran di lantai yang tertutup busa pelapis. Saya
tidak mau ketinggalan segera menghampiri rak paling depan. Sekejap kemudian,
kami sudah asyik dengan buku-buku.
 |
bingung mulai dari mana |
Satu buku selesai
dibaca, langsung disambung dengan buku berikutnya. Begitu terus sampai hari
sore. Buku-buku yang telah dibaca lantas dikumpulkan di meja petugas. Saat
itulah saya sadar kalau ruangan ini dipenuhi gambar yang menarik. Pada bagian
pojok terdapat panggung kecil. Mungkin panggung ini dipakai untuk mendongeng
atau membacakan buku. Asyik juga ya. anak-anak pasti terhibur dan mendapat
pengetahuan tambahan dari dongeng yang dibacakan. Sayang, kemarin tidak ada
aktivitas mendongeng atau membacakan buku. Namun demikian kami sudah puas bisa
menikmati kebersamaan di perpustakaan nasional.
 |
salah satu koleksi buku yang ada di ruang baca anak |
 |
tembok yang bertutur |
Oh ya, kalau pun tidak
bisa datang ke perpustakaan nasional, kita tetap bisa meminjam buku secara
digital. Sebelumnya harus mendaftar dulu secara daring. Setelah itu kita bisa
memilih buku apa yang akan dipinjam.
Sejarah
Perpustakaan nasional Republik
Indonesia didirikan pada tahun 1989 berdasarkan keputusan Presiden nomor 11
tahun 1989. Sejarah berdirinya perpusnas bermula dengan berdirinya Bataviaazch Genootschap pada 24 april
1778. Lembaga ini adalah pelopor perpusnas dan baru dibubarkan pada tahun 1950.
Awalnya, Perpustakaan
Nasional RI merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan pengembangan
sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu. Sejak dicanangkan
pendiriannya pada tanggal 17 mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Daoed Joesoef. Ketika itu kedudukannya masih berada dalam lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II di bawah Direktorat Jenderal
Kebudayaan, dan badan ini merupakan hasil integrasi dari empat perpustakaan
besar di Jakarta. Keempat perpustakaan tersebut adalah:
1.
Perpustakaan museum nasional
2.
Perpustakaan sejarah, politik, dan
sosial (SPS)
3.
Perpustakaan wilayah DKI Jakarta
4.
Bidang bibliografi dan Deposit, Pusat
pembinaan perpustakaan.
Sampai tahun 1987,
perpusnas masih berlokasi di tiga tempat, yaitu Jl Medan Merdeka Barat 12
(Museum nasional), Jl Merdeka Selatan 11 (perpustakaan SPS), dan Jl Imam Bonjol
1 (Museum naskah proklamasi). Atas prakarsa Almarhumah Ibu Tien Soeharto melalui
Yayasan Harapan Kita, perpustakaan nasional memperoleh sumbangan tanah seluas
16.000 meter persegi lebih berikut gedung baru berlantai sembilan dan sebuah
bangunan yang direnovasi. Pada tanggal 14 September 2017, Presiden Joko Widodo
meresmikan Perpusnas Baru yang merupakan Perpustakaan nasional tertinggi di
dunia (126,3 meter) dengan 27 lantai, termasuk tiga lantai parkir bawah tanah.
 |
bersih dan rapih |
 |
informasi digital di perpustakaan nasional |
Fasilitas perpusnas
Pada bagian depan
terdapat rumah adat betawi yang merupakan bangunan cagar budaya. Rumah ini
digunakan sebagai ruang pamer. Sedangkan di gedung perpustakaan nasional, setiap
lantainya memiliki fungsi yang berbeda. Pada lantai dasar yang merupakan lobi
utama terdapat rak buku yang tingginya mencapai lantai empat. Di sini terdapat
juga ruang penitipan tas.
Sedangkan lantai dua
terdapat pusat informasi, tempat pembuatan kartu anggota, dan loker penyimpanan
tas. Di lantai tujuh terdapat ruang baca untuk anak, lansia, dan disabilitas. Keduanya
terpisah dan saling berseberangan sehingga para orangtua tidak terganggu dengan
anak-anak.
Pada lantai delapan
terdapat koleksi audio visual. Dilantai berikutnya diperuntukan untuk layanan
koleksi naskah nusantara. Sedangkan lantai 10 Lantai untuk peminjaman buku. Lantai
12 ruang baca koleksi deposit yang dilengkapi dengan sofa warna-warni, kursi
dan meja.
Untuk koleksi buku
langka bisa dilihat di lantai 14. Lantai selanjutnya menyimpan beragam koleksi
referensi dan ilmu perpustakaan, ruang kerja kelompok, dan ruang baca. Jika ingin
mencari informasi seputar foto peta dan lukisan, bisa menuju lantai 16 dapat . Di
lantai 19 khusus melayani multimedia berbasis internet. Naik satu lantai,
lantai 20 terdapat layanan koleksi berkala mutakhir.
Sementara lantai 21 dan
22 melayani koleksi monograf terbuka. Di lantai paling atas, lantai 24 tersedia
layanan budaya nusantara dan executive lounge. Bukunya paling sedikit, tapi ada
panggung untuk kegiatan. Bisa ke area teras untuk berfoto atau melihat
pemandangan jakarta
Lokasi:
Jl, Medan Merdeka
Selatan no. 11 jakarta pusat
Jam operasional layanan
perpustakaan
Senin-kamis 08.300 –
18.00
Jumat 09.00 – 18.00
Sabtu – minggu 09.00 –
16.00
Kuota antrian layanan
keanggotaan 500
Sejak kuliah Mpo suka ke perpustakaan Nasional yang berada di jalan salemba.
BalasHapusSekarang lebih sering lagi mengunjungi perpustakaan nasional untuk mengerjakan blog.
ya ampun, tempat tongkrongannya sama. dulu juga sering ke perpusnas di salemba buat ngerjain tugas. enak banget mbak bisa ngerjain blog di perpusnas, ngiri sayah.
HapusMemang sekarang perpustakaan nasional lebih cakep dan lebih keren dengan memasukan unsur teknologi.
BalasHapusApalagi gratis menggunakan fasilitas tersebut
caekp banget mpo ratne, demen banget akhirnya bisa main ke sana. keren deh.
Hapuswaktu masih skripsian rajin banget ke perpusnas lama, sekarang kok berat banget ya mau ke perpusnas baru, padahal lebih kecek bangunannya
BalasHapushahahaha, ya ampun bang, coba dong main sekali-kali ke sana, pasti jatuh hati.
HapusAku seneng liat anak2 yang antusias ke perpus. Hari gini banyak anak gak suka baca. Apalagi di tunjang dengan fasilitas perpus yang kece begitu
BalasHapusiya benar mbak. padahal membaca itu asyik ya.
HapusKeren ya perpus kita. Berasa gak mau pulang kayaknya kalau di situ.
BalasHapuskemarin kami baru keluar setelah pak satpam bolak-balik ngasih kode buat bubar. kalau nggak masih asyik baca.
HapusWah, baca post ini aku cuman bisa manggut2 sambil terkesima mba utari. Sambil mikir, kapan ya ada perpustakaan kece begini disini.
BalasHapusmudah-mudahan perpustakaan di sini bisa seperti ini. bikin betah baca deh
Hapuspenasaran untuk ruang aksara itu pasti seru, aku suka pengetahuan sejarah kuno gitu mba
BalasHapuskeren mbak ruang aksaranya. sayang kemarin nggak terlalu lama di ruang itu karena udah pada nggak sabar ke lantai 7.
HapusJadi pengen kesana juga, kenapa perpustakaan nasionalnya keren banget sih sekarang ini, bikin mupeng.
BalasHapus