Saling Bantu dan Jaga Berkat BRImo

Gugulaan, Permen Tradisional Banjarmasin

permen
Penjual gugulaan di siring tendean


 

Yeay, akhir pekan tiba. Saatnya memanjangkan kaki alias jalan-jalan. Biar kayak orang-orang dong, menikmati alam dan kebersamaan bersama keluarga tercinta. Soal pilihan lokasi atau tempat, saya nggak terlalu rewel. Intinya bisa keluar rumah dan lihat pemandangan. Sederhana ya. 

banjarmasin
Siring Tendean Banjarmasin

Mau jalan-jalan ke tempat yang sudah pernah dikunjungi, oke saja kok. Mungkin itu sebabnya bolak-balik main ke Siring Tendean saja saya gembira. Kali ini pun kami memilih untuk berkeliling (lagi) di Siring Tendean yang terletak di Kota Banjarmasin. Untuk sampai ke sana, kami perlu waktu sekitar 45-55 menit dengan menggunakan motor. Kecepatannya antara 40-50 km per jam deh. Nggak buru-buru nanti keburu sampai.
Lamanya perjalanan membuat kami harus bangun pagi-pagi. Sekitar jam 06.00 perjalanan dimulai. Jalanan tidak terlalu ramai. Rupanya orang-orang masih asyik dengan tidurnya. Hari minggu itu hari santai. Tidak banyak juga truk yang lalu lalang di jalan utama. Jadi nyaman-nyaman saja.

Keramaian terlihat di dekat pasar Gambut dan pasar pal 6. Kalau lewat pasar pal 6, saya harus memastikan mata melihat ke depan. Bahaya kalau menenggok ke kanan, bisa putar balik lalu mampir ke tukang bunga yang berjajar dipinggir jalan. Godaan yang berat, apalagi lihat koleksi tanaman anggrek yang berbunga itu. Indah banget.

Kembali ke fokus utama. Setelah melewati jalan-jalan utama dan berbelok ke arah jalan Veteran, artinya tidak lama lagi sampai tujuan. Akhirnya sampai juga di Siring Tendean. Lokasi wisata ini diresmikan tahun 2013 lalu. Ditandai dengan dibukan pasar terapung yang berada di Siring Tendean. 

Pasar Terapung Siring Banjarmasin

Hari minggu dan hari libur, kawasan Siring akan sangat ramai. Ada yang sibuk berolahraga, mencari sarapan, atau duduk-duduk menemani anak bermain di arena permainan yang ada. Walau pun telah beberapa kali ke sini, saya tetap senang melihat dinamikanya. 

Sambil berjalan pelan di sisi sungai Martapura, kami asyik melihat berbagai macam makanan yang ditawarkan. Soto banjar dan ketupat kandangan adalah dua jenis makanan yang paling banyak ditawarkan. Lainnya berupa jajanan untuk anak-anak, seperti kentang tornado. Sayangnya tidak ada satu pun yang menggoda selera.

siring banjarmasin
Suasana Siring Banjarmasin


Gugulaan Bahari
 
Tapi tunggu dulu! Terselip di antara penjual mainan, ada seorang ibu duduk sambil menunggui dagangannya. Di atas wadah terlihat gumpalan besar berwarna cokelat. Gumpalan itu dikelilingi gumpalan kecil bertusuk bambu. Sungguh saya baru pertama kali melihatnya. Karena penasaran,  saya berhenti dan lansung bertanya pada si acil (ibu penjual).

permen
Gugulaan

Rupanya si acil menjajakan gugulaan, permen tradisional Banjar. Katanya gugulaan ini sudah ada sejak dahulu kala. Jauh sebelum masyarakat mengenal permen yang ada sekarang. Disebut gugulaan karena dibuat dari gula. Rasanya sudah tentu manis.

Potongan bambu kecil yang menancap di gugulaan itu ternyata mempunyai fungsi khusus. Selain untuk mengambil potongan gugulaan dari gulungan utamanya, potongan kayu bermanfaat untuk menggulung ulang gugulaan ketika mulai meleleh. Si gugulaan ini memang tidak bisa padat seperti permen biasa. Jadi bisa ditarik-tarik berulang kali, seperti mainan anak-anak itu (slam). Semakin sering ditarik dan digulung, warna gugulaan akan semakin muda. Belakangan saya baru tahu kalau gugulaan ini disebut juga dengan gulali kait. Mungkin kata kait ada hubungannya dengan potongan bambu untuk “memegang” gugulaan. 

Dilihat dari warnanya, bisa ketahuan kalau gugulaan dibuat dari gula merah. Dan, benar sekali. Jajanan berharga Rp. 3.000 per tusuk ini sepenuhnya dibuat dari gula merah tanpa campuran gula pasir. Rasanya manis khas gula merah. Kandungan gulanya pas betul menemani pagi karena bisa menambah tenaga. Sebaiknya gugulaan langsung dimakan setelah dibeli. Kalau tidak gulanya akan meleleh. Nanti gugulaannya berjatuhan, sayangkan. 

Untuk membuat gugulaan ternyata cukup mudah dan bisa dilakukan dirumah. Bahan yang diperlukan pun tidak banyak, hanya gula merah dan air. Peralatannya yang dipakai hanya wajan dan pengaduknya. Cara membuatnya, gula merah dan air dicampur lalu dimasak hingga mengental. Adonan gula lalu diambil dengan potongan bambu kemudian ditarik-tarik agar warnanya berubah. Permen tradisional pun bisa dinikmati. Sebenarnya kalau ingin permennya berbeda, ke dalam adonan gula bisa ditambahkan cincangan kacang tanah yang telah disangrai. Sebaiknya permen disimpan dilemari pendingin agar keras dan awet.
Nah, ada nggak permen kayak itu ditempat tinggalmu? 

Baca juga:
kapul, buah khas kalimantan 


 

 

Komentar

  1. Mbak, wisata sungainya menarik juga. Ada pasar terapungnya juga. Benar-benar saya terkesan melihatnya.
    Tentang gegulaan, sepertinya di daerah saya juga mengenal penganan seperti itu. Disini namanya gulali.

    Salam persahabatan dari saya di Sukabumi

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mbak titik asa, pasar terapung sudah jadi ikon wisata di banjarmasin. pasar terapung di lokbaintan yang kerap didatangi wisatawan. ternyata permennya juga ada di sukabumi ya. namanya saja yang beda. enak, manisnya nggak kelewat manis.

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.