Saling Bantu dan Jaga Berkat BRImo

Bacem





Bacem tahu dan tempe


Tinggal jauh dari kampung halaman, selalu menghadirkan kerinduan yang bisa mengharubirukan perasaan. Mungkin inilah yang dirasakan miswa setelah tidak bisa menikmati malam tahun baru bersama keluarga di tanah seberang. “Enak nih makan bacem,” ujarnya ketika meminta dibuatkan bacem.

Wow, tumben pikir saya. Tapi saya paham bahwa rindu tengah melanda hatinya. Langsung deh diam-diam ke dapur buat melihat persediaan bumbu dapur. Tahun baru tidak berarti stok bumbu dapur lengkap tersedia hahahaha. Justru sangat seadanya. Untung bumbu utama alias bawang merah dan bawang putih masih ada. Begitu juga dengan ketumbar dan lada butiran. Eh, ternyata stok ketumbar saya lumayan banyak, padahal tidak ikutan minum air rebusan ketumbar yang lagi digemari. Gula merah pun masih ada, walau tidak banyak. Kalau kecap manis, aman terkendali. 

Meski semua bumbu siap digunakan, saya masih menyimpan keraguan tentang bahan lainnya yang justru bahan utama si bacem. Tahu dan tempe ini apakah sudah dijual kembali di pasar. Maklum libur tahun baru dan libur sekolah masih terasa sekali. Kegiatan jual beli di pasar pun belum seramai biasanya. Jadi, saya minta miswa untuk bersabar. Sabar ya, sabar. Pasti dibuatkan.

Dengan penuh keraguan, pagi itu saya bergegas menuju pasar dadakan dekat sebuah perumahan. Wah, lumayan ramai juga karena muncul beberapa lapak penjual baru. Buru-buru menghampiri tukang sayur segala ada, dan tahu tidak nampak sedikit pun di atas singgasananya. Lemes deh. Tapi, jangan patah semangat dulu. Demi bacem mari kita berburu ke tukang sayur lainnya.

Pencarian dimulai. Setelah menghampiri beberapa tukang sayur, akhirnya saya mendapatkan juga apa yang dicari. Tahu dan tempe teronggok manis di ujung lapak penjaja sayur dekat sebuah mini market. Gembira. Akhirnya bisa bikin bacem juga. Sekalian deh sama belanja yang lain. Plus meminta air kelapa pada tukang sayur. Air kelapa ini nanti dipakai buat bacem. Rasa bacemnya jadi aduhai gitu. Lebih enak dibanding bacem tanpa air kelapa. Setelah semua yang diperlukan masuk ke tas belanja, baru kembali ke rumah dengan senyum bahagia. Eeaaa.

Sampai rumah langsung eksekusi. Bawang merah dan bawang putih dikupasi. Blender dikeluarkan. Harusnya sih pakai ulekan, apa daya kondisi badan belum memungkinkan. Akhirnya bawang merah, bawang putih, dan ketumbar dihaluskan dengan mesin. Daun salam, serai, dan lengkuas sudah bersih dan siap disatukan dalam wajan. Tempe pun dipotong-potong cukup tebal. Sementara tahu cukuplah dibasuh dengan air mengalir.

Untuk mematangkan bumbunya. Saya sengaja merebus bumbu halus dengan sedikit air. Ketika airnya mendidih kecil, gula merah, air kelapa, dan kecap manis pun ditambahkan. Plus daun salam dan lengkuas. Setelah gula merah larut, barulah tempe dan tahu dimasukkan lalu semua direndam dalam kehangatan. Sengaja apinya diatur kecil agar bumbu meresap sepenuhnya. 

Waktu pun berlalu. Warna tempe dan tahu tidak lagi putih. Seluruh permukaannya berwarna cokelat dan air sudah menyusut. Sebelum air menghilang sepenuhnya, api sudah saya matikan. Ganti wajannya dan isi dengan minyak goreng dalam jumlah banyak. Barulah satu persatu tempe dan tahu bacem digoreng. Ah, miswa terlihat sumringah ketika hidangan matang. Beberapa langsung disantap dengan cabai rawit. Sisanya baru dinikmati bersama nasi hangat. Kerinduan pun sedikit mereda.

Tempe untuk membuat bacem

Puas melihat senyum bahagia, timbul pertanyaan dalam hati mengapa bacem begitu ngangeni. Rupanya sajian ini identik dengan pulau Jawa. Tepatnya Jawa Tengah dan Yogyakarta bagian timur. Warga di daerah ini cenderung menyukai bacem dengan citarasa manis. Rasa manisnya hadir karena penggunaan gula merah.
Dari informasi yang saya dapat, bacem diperkirakan dibuat pada abad ke-19 ketika pemerintah kolonial berkuasa di bumi Indonesia. Kala itu masyarakat dipaksa untuk menanam tebu. Perkebunan tebu pun marak dimana-mana. Seiring bertambahnya lahan tebu, pabrik-pabrik gula didirikan. Di tempat inilah batang-batang tebu diolah menjadi gula. Demikian banyaknya sehingga gula menjadi mudah didapat dengan harga murah.

Hebatnya, masyarakat seperti melihat peluang ditengah terpaan cobaan. Gula yang melimpah digunakan untuk mengolah makanan. Untuk menambah citarasanya dimasukkanlah ketumbar sebagai bumbu. Ketika itu ketumbar banyak tumbuh di daerah Pantai Utara Jawa. Harganya pun terjangkau sehingga banyak digunakan sebagai rempah untuk memasak. Cara memasak ini alias membacem efektif untuk mengawetkan makanan hingga jangka waktu tertentu. Ya, gula adalah salah satu bahan pengawet makanan selain garam. 

Lahirkah berbagai macam menu dengan cara dibacem. Tidak cuma tahu dan tempe saja, telur dan jeroan hewan pun dimasak dengan cara ini. Bahkan, daging sapi pun dapat dimasak dengan cara dibacem, rupa dan rasanya menyerupai empal manis. Di Sleman Yogyakarta bahkan ada penjaja makanan yang tersohor dengan bacem kepala kambingnya. 

Demikian luasnya jenis masakan yang dimasak dengan cara dibacem, rupanya tidak lepas dari arti kata bacem itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ba-cem memiliki arti; 1. Merendam (tahu, tempe, dan bahan makanan lainnya) dengan bumbu dan merebusnya dalam tempat yang tertutup sampai airnya habis. 2. Membuat baceman.

Dari arti kata baceman itu sudah jelas dong jika memasak dengan cara bacem sangat mungkin dilakukan dengan bahan apa pun. Mungkin juga diaplikasikan pada ikan, tapi harus ikan yang dagingnya tebal dan tidak mudah hancur. Setelah itu daging ikannya dibakar, jadi mirip satai kali ya.

Ah, sebelum melamun dan melantur lebih jauh, saya tuliskan saja dulu resep bacemnya. Untuk bahan utamanya bisa apa saja ya, sesuai keinginan.

Bumbu untuk bacem

Bacem

Bahan:
6 butir bawang merah
4 siung bawang putih
1 sdt ketumbar (bisa disangrai atau tidak)
1 sdt garam
2 lembar daun salam, cuci bersih
Lengkuas, dicuci bersih dan diiris.
50 gram gula merah, diiris
2 sdm kecap manis
1 sdm garam
Air kelapa (jika tidak ada bisa diganti air biasa)
Minyak untuk menggoreng

Cara membuat:
1.      Haluskan bawang merah, bawang putih, dan ketumbar.
2.      Siapkan wajan atau panci. Beri sedikit air. Masukkan bumbu halus. Tambahkan daun salam dan lengkuas. Aduk rata. Biarkan mendidih.
3.      Tambahkan irisan gula merah dan kecap manis. Aduk. Pastikan gula merah sudah larut.
4.      Tambahkan air kelapa. Aduk rata. Bubuhi garam.
5.      Masukkan tahu dan tempe. Rebus hingga air menyusut. Tutup wajannya. Masak dengan api kecil.
6.      Ketika air tinggal setengah balik tahu dan tempe agar bumbu merata. Rebus kembali sampai air menyusut. Periksa sesekali agar bacem tidak gosong. Setelah matang, matikan apinya. Sisihkan.
7.      Siapkan wajan lalu isi minyak goreng. Setelah minyak panas, goreng tahu dan tempe bacem bergantian hingga matang. Bacem siap dihidangkan.

Tip:
1.      Untuk menambah rasa dapat ditambahkan air asam jawa ke dalam bumbu bacem.
2.      Ada kalanya bacem terasa tidak gurih dan bau langu. Disebabkan oleh kualitas tempe yang kurang baik. Untuk mengatasinya pilihlah tempe berkualitas baik.
3.      Jenis tahu yang digunakan adalah tahu putih. Pilih tahu dengan tekstur padat supaya tidak mudah hancur.
4.      Bacem bisa langsung dimakan tanpa digoreng terlebih dahulu.
5.      Bacem juga bisa dimatangkan dengan cara dibakar. 

Baca juga :
 

Komentar

  1. Perut jd keroncongan liat foto bacemnyaa mbak wkwkw makasiih udah dibagi resep jugaa, mau bikin ah kapan" buat mengurangi kerinduan kampung halaman hehehe salam kenal juga ya mbak 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha iya kah? monggo dicoba resepnya supaya rasa kangennya hilang. salam kenal kembali

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.