- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
motif sasirangan dandang badangung dari tapin |
Eksistensi
kain sasirangan, tak lepas dari cerita rakyat yang berkisah tentang pertemuan
Patih Lambung Mangkurat dengan seorang bayi di sungai yang mengalir di daerah
Rantau, anak itu kelak diberi nama Putri Junjung Buih. Ketika itu sang bayi
berada di dalam buih. Meski terkenal sakti, Patih Lambung Mangkurat tidak bisa
meraih sang bayi, kecuali ia berhasil memenuhi syarat yang diminta berupa sebuah
Mahligai Punca Persada dan selembar kain.
Kain
bermotif padi tersebut harus dibuat dengan cara ditenun dan diwarnai oleh 40
orang putri. Dengan kesaktiannya, Patih Lambung Mangkurat berhasil memenuhi permintaan
tersebut. Sang bayi pun berhasil di angkat dari dalam buih dan diberi nama
Putri Junjung Buih.
Menurut
para tetua masyarakat, kain yang dibuat untuk memenuhi permintaan Putri Junjung
Buih merupakan cikal bakal dari kain pamintan. Bentuk kain pamintan atau kain
permintaan ini masih sederhana, berupa selembar kain putih yang diberi warna
tertentu sesuai permintaan pemohon. Kala itu, tidak sembarang orang bisa
membuat kain pamintan. Hanya keturunan para pembuat kain pamintan saja yang
bisa membuatnya. Proses pembuatannya pun dilakukan secara tertutup dan diawali
dengan upacara selamatan.
Peminta
kain akan menyiapkan sesaji berupa nasi lamak berbentuk gunung, telur masak
habang, hinti gula habang, kukulih dengan air gula habang, pisang mahuli, kopi
manis, dan kopi pahit. Setelah pembacaan doa selamat hidangan akan di makan
bersama. Baru setelah itu pengrajin membuat kain pamintan.
Kain yang
telah selesai akan diserahkan pada seorang tabib. Kain kemudian di pakai oleh
peminta sebagai laung (ikat kepala) atau sabuk oleh kaum laki-laki. Sementara
untuk kaum perempuan menggunakannya sebagai selendang, kerudung, atau kemben.
Walaupun
pengobatan dengan media kain pamintan sudah berkurang, namun kain pamintan
masih tetap dibuat berdasarkan pesanan. Saat ini kain paminta di pakai dalam
ritual mandi badudus. Kepercayaan dan mitos ini menjadikan para pembuat kain
pamintan dari Desa Sei Tabukan Amuntai dapat tetap bertahan.
Seiring
berjalannya waktu, kain yang dibuat dengan cara dicelup tersebut seakan
bersalin rupa. Warna dan motifnya semakin beragam sehingga penampilannya
menjadi lebih menarik. Kini, kain tersebut dikenal dengan kain sasirangan.
Kata
“Sasirangan” berasal dari kata sirang (bahasa Banjar) yang berarti diikat atau
dijahit dengan tangan, dijelujur, lalu ditarik benangnya. Kain sasirangan
adalah sejenis kain yang diberi gambar dengan corak dan warna tertentu yang
sudah dipolakan secara tradisional menurut citarasa budaya yang khas etnik
Banjar. Pola hias atau motif yang dibuat terinspirasi dari tumbuh-tumbuhan, benda
alam (seperti bintang), dan binatang.
Untuk
teknik pembuatannya, kain sasirangan dapat dikelompokkan bersama jenis batik karena
menggunakan teknik rintang warna. Namun demikian cara pembuatannya
berbeda. Halang rintang yang diterapkan
pada kain sasirangan dibuat dari benang yang dijelujur mengikuti pola tertentu,
lalu ditarik kencang dan diikat kuat. Kerutan benang akan menghalangi warna
celupan pada kain sehingga ketika dibuka akan meninggalkan motif seperti yang diinginkan. Sedangkan pada batik,
halang rintangnya memakai lilin (malam).
Dahulu
untuk memperindah kain sasirangan digunakan pewarna alam yang di ambil dari buah
dan tanaman. Seperti warna kuning diperoleh dari kunyit, merah dari buah
mengkudu, hijau dari jahe, ungu dari buah gandaria (ramania), dan coklat dari
kulit buah rambutan. Kini, para pengrajin kain sasirangan telah menggunakan
pewarna sintesis sehingga warna yang dihasilkan lebih beragam.
Sentuhan
modernisasi rupanya juga membawa angin keterbukaan. Saat ini proses pembuatan
kain sasirangan tidak lagi tertutup. Siapa saja bisa melihat dan belajar
membuat kain sasirangan baik pada pengrajin langsung atau Dinas Pariwisata
serta komunitas sasirangan.
mencetak pola sasirangan di atas kain |
Mula-mula,
para peserta akan dikenalkan dengan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
membuat kain sasirangan, yiatu kain, pola, jarum, benang, dan pewarna kain. Jenisnya
kain yang dipakai berupa kain katun, shantung, belacu, satin, primasima, atau
sutera. Pola yang terbuat dari karton akan di cetak di atas kain. Selanjutnya pola
di jelujur menggunakan jarum dan benang yang kuat. Setelah selesai, benang akan
di tarik atau disisit hingga kain berkerut. Kain pun siap diwarnai.
Proses
pewarnaan di awali dengan merendam kain dalam air bersih. Tujuannya agar kain
basah sehingga mudah menyerap warna. Setelah itu kain dimasukkan ke dalam
cairan penguat warna. Barulah direndam dalam pewarna kain sambil diremas-remas
agar warna bisa menembus ke dalam kain. Proses ini bisa diulangi hingga 2 atau
3 kali agar warnanya semakin tajam.
Untuk
mendapatkan kain dengan warna-warni berbeda, kain akan di celup beberapa kali
pada warna yang diinginkan. Agar warna dasar tidak hilang, pola diikat dengan
karet gelang atau plastik. Kain kemudian di celup lagi dengan warna berbeda.
langkah ini dapat di ulang beberapa kali sesuai kebutuhan. Setelah selesai, kain
akan di bilas dengan air bersih agar sisa pewarna larut. Barulah kain diangin-anginkan
di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung sampai kering.
Satu per
satu ikatan dan benang di buka. Pada tahap ini motif sudah terlihat. Pencucian
kembali dilakukan agar sisa pewarna benar-benar hilang. Kain yang telah
benar-benar kering akan di setrika dan siap untuk di jual.
Perbedaan
lain yang ditunjukan oleh kain sasirangan terletak pada susunan atau kompisisi
motif yang diletakkan secara vertikal. Jenis motifnya pun sangat beragam, namun
terdapat beberapa motif khas yang umum digunakan, yaitu gigi haruan, kambang
kacang, hiris gagatas, kambang sakaki, daun jaruju, tampuk manggis, bintang,
kangkung kaumbakan, ombak sinabur karang, bayam raja, kulat karikit, hiris
pudak, dan gelombang.
Untuk memacu kreatifitas para pengrajin, setiap tahun Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan menggelar festival sasirangan. Upaya ini berhasil melahirkan berbagai kreasi kain sasirangan yang menjadi identitas khas daerah tersebut. Seperti Kota Banjarbaru yang mengusung kain sasirangan bordir. Penambahan bordir mampu mempertegas motif yang sudah ada.
Lain
halnya dengan pengrajin kain sasirangan dari Kabupaten Tapin yang menggali
ragam hias milik suku Dayak Meratus. Halang manyaung, layang-layang bakacak
pinggang, anak bujang beganding tangan, dan naga balahendang adalah motif yang
berhasil di angkat oleh para pengrajin. Tidak berhenti sampai di situ, para
pengrajin membuat motif yang bersumber dari tanaman, permainan tradisional
serta kesenian yang ada di Kabupaten Tapin, seperti buhan tikup, papakuan, bawang
tunggal, wayang topeng, panting, gasing kemuning, dan dandang badangung.
Tidak mau
ketinggalan, para pengrajin kain sasirangan dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan juga
mengembangkan kreatifitasnya. Mereka mengawinkan teknik pembuatan kain
sasirangan dengan teknik batik tulis. Hasilnya sungguh mengagumkan. Motif bunga
yang dibuat dengan teknik batik tulis berpadu apik dengan motif gigi haruan
yang dibuat dengan cara di jelujur.
Untuk
memperluas pasar, para pengrajin sasirangan mulai mengembangkan produknya
dengan membuat kaos bermotif sasirangan, jilbab sasirangan, mukena sasirangan,
sandal sasirangan, tas sasirangan, dan kalung yang terbuat dari sasirangan.
Produk tersebut mudah dijumpai di berbagai toko oleh-oleh khas Kalimantan
Selatan dan diminati para wisatawan.
proses mewarnai kain sasirangan |
Geliat
para pengrajin semakin nyata berkat dorongan Pemerintah Daerah. Jumlah
pengrajin sasirangan semakin bertambah dan tersebar hampir di seluruh kabupeten
di Provinsi Kalimantan Selatan.
Antusiasme
masyarakat juga semakin terlihat. Pada berbagai kesempatan masyarakat kerap
menggunakan pakaian yang terbuat dari kain sasirangan. Anak-anak pun sejak dini
di ajak mengenal kain sasirangan dengan belajar menggambar motif sasirangan.
Perkembangan
yang menggembirakan ini patut disyukuri. Namun demikian, kreatifitas harus
terus dikembangkan. Khususnya dalam segi pewarnaan agar tidak mudah pudar. Peningkatan
ini bukan tidak mungkin akan menaikkan potensi kain sasirangan ke luar daerah.
Sehingga kain sasirangan dapat sejajar dengan kain nusantara lainnya.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.