Selamat hari batik
nasional!
Hari ini kita merayakan
hari batik nasional. Para profesional, karyawan, anak sekolah, bahkan mungkin
ibu-ibu yang berada di rumah pun menggenakan batik. Saya juga ikut memakainya,
meski tidak pergi kemana-mana. Buat saya, batik itu nyaman dan indah. Apapun
bentuknya, mau kain, kemeja, rok, atau gaun sekalipun, batik tetap
menghanyutkan. Pesonanya itu loh yang membuat saya kesemsem.
Batik memang bukan tradisi
baru, ia sudah lama ada. Batik adalah sebuah tradisi melukis di atas kain asli
Indonesia. Motif yang muncul pada kain dibuat dengan cara menjiplak pola. Pola ini
kemudian ditutup dengan menggunakan malam (lilin) dengan memakai canting. Proses
ini dilakukan dengan penuh kesabaran. Setelah semua motif tertutupi lilin
barulah dicelup pada warna yang diinginkan. Lilin kemudian dihilangkan. Motif yang
diinginkan pun terlihat. Indah.
Entah sejak kapan saya
bersentuhan dengan batik. Mungkin sejak saya kecil, sebab dulu sehari-hari nenek
selalu memakai kain batik. Ibu pun mempunyai simpanan kain batik yang kini saya
jaga baik-baik. Saya sudah jatuh hati pada keindahannya. Saya ingat, dulu
ketika masih harus ke daerah untuk mencari informasi. Dan kebetulan ditugaskan
di kota atau daerah yang ada sentra batiknya, sebisa mungkin saya menyisihkan
waktu untuk mampir. Seperti ketika saya ke Solo. Ketika itu bulan ramadhan,
tidak banyak pedagang dan pembuat makanan yang bisa didatangi, maka inilah
kesempatan saya buat main ke pasar klewer. Saya seperti berada di suatu tempat
yang membahagiakan. Setiap toko saya datangi. Melihat apapun yang dipajang. Memegang
kehalusan kainnya. Membaui wangi yang khas, benar-benar membuat saya lupa
waktu.
Sayang, saya tidak bisa
lama-lama menikmatinya. Pekerjaan sudah menanti. Dengan berat hati saya
meninggalkan pasar, tentunya dengan membawa bungkusan berisi rok batik berwarna
hijau. Ketika itu saya tidak memikirkan motif di rok. Hanya memuaskan kerinduan
pada keindahannya saja. Belakangan saya baru menyadari, begitu banyak motif
batik solo yang ternyata beberapa sudah saya miliki. Informasi seputar motif batik
solo saya dapatkan dari https://batik-tulis.com.
Kota Solo pun memiliki
kampung batik yang telah menjadi daerah tujuan wisata. Kampung batik Laweyan
dan kampung batik Kauman sudah ada sejak lama. Di tempat ini hidup para
pembatik yang tetap setia menjalani profesinya dengan sepenuh hati. Dengan telaten
mereka menjaga warisan leluhur agar tidak tergerus jaman. Batik Solo dikenal
memiliki ciri khas, baik ketika dibuat dengan memakai proses pengecapan atau
pun tulis. Hingga saat ini pewarna alami masih tetap digunakan untuk mewarnai
kain batik, yaitu soga.
Perjalanan berlanjut,
suatu ketika saya ditugaskan ke Pekalongan, sebuah sentra batik hingga mendapat
julukan kota batik Pekalongan. Julukan itu diberikan bukan asal lalu, tetapi
karena batik sangat-sangat menyatu dengan kehidupan masyarakat. Pengrajinnya tak
hanya para pengusaha batik skala besar, tetapi juga pengusaha batik kecil.
Kreatifitas mereka pun seperti tak terbendung. Kebiasaan melihat dan
mengembangkan motif yang sudah dibuat membuat selalu lahir motif-motif baru. Tidak
heran jika UNESCO memasukkan kota ini
kedalam jaringan kota kreatif dalam kategori craft & folk art pada akhir tahun 2014 serta mempunyai city branding yaitu World’s city of Batik.
Setelah tidak lagi
bekerja sebagai jurnalis, otomatis saya sudah sangat jarang melakukan
perjalanan ke luar kota. Tetapi ini tidak menghapus kesukaan saya pada batik. Bahkan boleh dibilang saya justru bertemu dengan teman-teman yang juga mencintai
Batik. Inilah yang membawa saya mengunjungi kota Cirebon. Tujuan utama adalah
melihat pembuatan batik di daerah Trusmi. Dari laman https://id.m.Wikipedia.org saya
memperoleh informasi bahwa Batik Cirebon memiliki ragam batik khas Cirebon. Ada
empat sentra batik Cirebon yang masih ada hingga saat ini, yaitu Indramayu,
Tasikmalaya, Garut, dan kota Cirebon.
Motif batik Cirebon yang
paling dikenal adalah megamendung. Motif ini melambangkan awan pembawa hujan
sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan. Teknik pewarnaannya sangat
unik karena warna yang dihasilkan bergradasi yang didapat setelah tiga kali
dilakukan proses pewarnaan.
Motif pada batik
Cirebon dikelompokkan menjadi ornamen batik pesisiran dan batik keraton. Keduanya
memiliki perbedaan, pola pada ornamen batik keraton terlihat lebih baku dan
memiliki nilai simbolis serta bermakna religius. Sedangkan pola batik pesisiran
sangat dinamis dan mengikuti perkembangan. Warna pada batik pesisiran pun
sangat kaya. Cerah dan menyegarkan.
Karena bertandang ke
rumah pengrajin batik Cirebon, saya punya kesempatan melihat langsung proses
pembuatannya dari dekat. Ada sembilan tahapan pembuatan, yaitu:
1.
Pemotongan kain sesuai kebutuhan.
2.
Angetel, proses untuk menghilangkan
kanji dari bahan baku dengan cara membasahi kain dengan larutan yang terbuat
dari campuran minyak kacang, soda abu, tipol, dan air. Seluruh kain harus
terendam larutan. Baru setelah itu kain dijemur hingga kering. Proses ini
dilakukan sampai beberapa kali. Baru setelah itu kain dicuci hingga bersih.
3.
Anglengreng, menggambar langsung pada
kain.
4.
Isen-isen, memberi variasi pada ornament
atau motif yang telah di lengreng.
5.
Nembok, menutup ngeblok bagian daar kain
yang tidak perlu diwarnai.
6.
Ngobat, mewarnai batik yang sudah
ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan zat warna.
7.
Anglorod, menghilangkan lilin dengan
cara direbus dalam air mendidih.
8.
Angumbah, setelah lilin lepas dari kain,
lalu dicuci bersih.
9.
Pe, pengeringan kain batik yang telah
dicuci dengan cara dijemur.
Sebagai sentra batik di
Jawa Barat, sudah pasti banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Sepertinya para
pengrajin tahu bahwa tidak semua wisatawan bisa membeli kain batik tulis yang
indah itu, saya juga belum bisa memilikinya.
Karena itu batik yang disediakan pun beragam, ada batik cap, batik
colet, dan batik tulis. Harganya tentu beragam sehingga bisa dijangkau oleh
para wisatawan.
Melihat proses
pembuatan batik sudah sangat mengembirakan saya, namun ternyata saya harus
benar-benar bersyukur karena saya bisa berteman dengan seorang keluarga pembuat
batik tiga negeri (sampai saat ini belum bisa punya kainnya). Dari informasi
yang saya peroleh dari www.batik.or.id, batik
ini tidak banyak dikenal orang, padahal merupakan salah satu masterpiece dalam
dunia pembatikan. Hal ini terjadi karena batik ini merupakan perpaduan dari
berbagai batik yang ada di tiga tempat yaitu Lasem, Pekalongan, dan Solo. Ah,
betapa beruntungnya saya. Makin cintalah saya pada batik.
https://www.youtube.com/watch?v=ASTptbbuECs
Kini, setelah berbagai
perjalanan yang saya lakukan, sadarlah saya bahwa kain-kain batik yang saya
beli mempunya kisah yang menarik. Termasuk kain batik Madura yang saya beli
secara daring. Internet memang memungkinkan saya mengakses berbagai kain batik
yang ditawarkan para penjual. Namun, sensasi itu tidak sepadan dengan
kenikmatan melihat langsung sehelai kain batik. Merasakan sembulan-sembulan
malam pada hamparan kain. Mencium bau khas saat kain dihamparkan, namun saya
tetap gembira karena saya menyayangi batik. Inilah jatidiri saya sebagai orang
Indonesia.
Wah menarik nih.. Selamat hari batik, hehe
BalasHapusterima kasih mbak eta.
Hapus