- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Belakangan, hujan kerap turun. Waktunya tak tentu. Aktivitas agak terganggu sedikit karena malas berbasah dan berdingin-dinginan.
Tapi, begitu dapat info kalau ada atraksi jukung di siring, Banjarmasin, langsung semangat bangkit. Dalam hati berdoa supaya minggu pagi hujan tak turun.
Bersyukur, pagi itu hanya awan yang menggelayut. Perjalanan ke siring pun ditemani dinginnya angin. Tak banyak orang yang berolahraga di tepi jalan ahmad yani. Pasar pun tak begitu ramai.
Berbeda dengan di siring, sepanjang jalan di penuhi motor dan mobil yang parkir. Tepian siring dipenuhi orang yang tertarik melihat atraksi jukung. Mereka berjalan sambil melihat-lihat para penjaja makanan dan pernak-pernik lainnya.
Sedikit berdesakan ketika mendekati menara pandang. Terus berjalan sampai ke dekat rumah anno. Seperti yang lain, kami bersiap melihat jukung-jukung yang sudah diparkir di tepi sungai.
Panggung semakin ramai. Suara pembawa acaranya nyaris tak terdengar.
Tak lama, perahu klotok mulai bergerak. Atraksi jukung akan dimulai. Dikejauhan terlihat mereka membuat beberapa gerakan. Seperti lingkaran lalu berubah lagi.
Seorang komanda bertopi nahkoda tampak berdiri di atas kelotok sambil memegang pengeras suara. Ia dibantu beberapa orang yang ada di perahu lain ketika memberikan aba-aba.
Jukung yang dikemudikan para acil pedagang pasar terapung terus bergerak. Jukung diikatkan berantai dan berujung pada kapal-kapal pemandu. Mereka berbaris membentuk bendera merah putih. Pagi itu, sungai martapura dihiasi bendera kebanggaan kita.
Ketika melintasi panggung utama, para acil melepas caping dan melambaikannya. Sesaat kemudian, kain warna merah dan putih yang sudah disiapkan, ikut dibentangkan. Penonton pun bersorak.
Suara komandan kembali terdengar. Perahu pemandu membelah kelompok jukung sesuai warna. Tak lama, beberapa jukung bergerak ke arah panggung utama. Mengikuti arus mereka membuat formasi bunga berwarna merah dan putih.
Setelah itu mereka kembali berbaris. Kali ini tidak menambatkan diri pada kelotong pemandu. Dengan mendayung mereka maju perlahan. Atraksi pun selesai.
Sungguh penampilan yang menggesankan. Tak mudah mengarahkan jukung berukuran kecil di tengah arus sungai martapura. Belum lagi para acil harus pandai menjaga barang dagangannya. Beberapa bahkan menghias jukung hingga terlihat menarik.
Para penonton seperti enggan beranjak pergi. Mereka masih menganggumi kepiawaian para acil menggarahkan jukungnya. Rasa laparlah yang memaksa kami meninggalkan tepian siring. Mengisi perut sebelum kembali ke rumah dengan hati gembira.
Tapi, begitu dapat info kalau ada atraksi jukung di siring, Banjarmasin, langsung semangat bangkit. Dalam hati berdoa supaya minggu pagi hujan tak turun.
Bersyukur, pagi itu hanya awan yang menggelayut. Perjalanan ke siring pun ditemani dinginnya angin. Tak banyak orang yang berolahraga di tepi jalan ahmad yani. Pasar pun tak begitu ramai.
Berbeda dengan di siring, sepanjang jalan di penuhi motor dan mobil yang parkir. Tepian siring dipenuhi orang yang tertarik melihat atraksi jukung. Mereka berjalan sambil melihat-lihat para penjaja makanan dan pernak-pernik lainnya.
Sedikit berdesakan ketika mendekati menara pandang. Terus berjalan sampai ke dekat rumah anno. Seperti yang lain, kami bersiap melihat jukung-jukung yang sudah diparkir di tepi sungai.
Panggung semakin ramai. Suara pembawa acaranya nyaris tak terdengar.
Tak lama, perahu klotok mulai bergerak. Atraksi jukung akan dimulai. Dikejauhan terlihat mereka membuat beberapa gerakan. Seperti lingkaran lalu berubah lagi.
Seorang komanda bertopi nahkoda tampak berdiri di atas kelotok sambil memegang pengeras suara. Ia dibantu beberapa orang yang ada di perahu lain ketika memberikan aba-aba.
Jukung yang dikemudikan para acil pedagang pasar terapung terus bergerak. Jukung diikatkan berantai dan berujung pada kapal-kapal pemandu. Mereka berbaris membentuk bendera merah putih. Pagi itu, sungai martapura dihiasi bendera kebanggaan kita.
Ketika melintasi panggung utama, para acil melepas caping dan melambaikannya. Sesaat kemudian, kain warna merah dan putih yang sudah disiapkan, ikut dibentangkan. Penonton pun bersorak.
Suara komandan kembali terdengar. Perahu pemandu membelah kelompok jukung sesuai warna. Tak lama, beberapa jukung bergerak ke arah panggung utama. Mengikuti arus mereka membuat formasi bunga berwarna merah dan putih.
Setelah itu mereka kembali berbaris. Kali ini tidak menambatkan diri pada kelotong pemandu. Dengan mendayung mereka maju perlahan. Atraksi pun selesai.
Sungguh penampilan yang menggesankan. Tak mudah mengarahkan jukung berukuran kecil di tengah arus sungai martapura. Belum lagi para acil harus pandai menjaga barang dagangannya. Beberapa bahkan menghias jukung hingga terlihat menarik.
Para penonton seperti enggan beranjak pergi. Mereka masih menganggumi kepiawaian para acil menggarahkan jukungnya. Rasa laparlah yang memaksa kami meninggalkan tepian siring. Mengisi perut sebelum kembali ke rumah dengan hati gembira.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.