- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Deretan toko itu hampir tak terlihat jelas dari jalan. Tertutup mobil pick up dan karung-karung besar. Namun hal ini tidak menyurutkan beberapa orang untuk mendekat. Sedikit jajaran barang mampu memikat mereka.
Berhasil menyelipkan diri di antara karung dan motor, memgantarkan siapa saja untuk melihat apa saja yang dipajang. Beragam sandal dan sepatu berusaha keras menarik perhatian. Berhasil. Beberapa toko dimasuki pembeli, ada yang sekadar melihat dan menawar. Bila tak cocok, mari lanjutkan penjelajahan.
Sadar jika barang dagangan tak dapat berteriak memanggil pembeli, seorang ibu penjual kerap menyapa orang yang lewat. Berhasil. Empat orang ibu singgah ke tokonya.
Sambil menjalankan lobi lewat telepon, si pemilik toko terus melancarkan rayuan mautnya.
"Dilihat saja dulu bu. Warnanya bagus-bagus. Mau model yang mana, nanti diambilkan sisanya."
Ujaran itu layaknya magnet. Besi-besi alias para pengunjung pun mulai menjajal berbagai model sandal.
"Model itu ada warna kuning, oranye, sama putih. Talinya bisa di stel jadi nggak usah takut kekecilan apa kegedean. Coba pakai saja bu. Pakai saja. Biar kelihatan cantiknya. Saya kirim wa dulu ya. Ibu-ibu nyoba saja dulu. Semua juga boleh,^ ucapnya sambil melakukan lobi lewat jemarinya.
Sesekali tangannya berhenti dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Semua dilakukan dalam selang waktu tak lama. Hingga akhirnya negosiasi lewat telepon gengam itunpun berakhir. Kini si pemilik benar-benar mencurahkan perhatian pada pengunjungnya.
Ditinggalkannya telepon gengam dan sepenuhnya melayani para raja. Tak ragu memberi saran dan pendapat terbaik untuk pelanggannya.
"Warna oranyenya alias bata cakep lho. Coba lihat. Bisa dipadukan sama baju warna apa saja. Banyak yang mau. Ini sekodi kayaknya tinggal sedikit. Ada yang sekodi isinya nomor 40-nya dua. Nanti bisa dicariin yang nomorn38-nya dua."
Luncuran kata-kata itu seperti membius hingga keempat ibu sepakat membeli sandal berwarna bata. Apakah si pemilik menghentikan pelayanannya?. Tidak
Dia memastikan sandal dengan model yang dimaui pelanggan bisa di dapat. Tak ragu membongkar sendiri tumpukan kardus di bawah. Sementara salah seorang karyawannya mencari di gudang atas.
"Sudah benar ya bu? Perlu pakai bon nggak?"
Ketika pertanyaan itu diiyakan, sigap si pemilik meraih buku bon dan menulis jumlah barang dan harganya. Sambil berucap, "hari minggu kita libur ya bu."
Informasi sederhana yang mungkin tak ingin ditanyakan si pembeli. Namun akan diingat selalu dan disampaikan pada orang yang membutuhkan.
Langkah kecil yang dapat membantu sebuah usaha menjadi besar.
Berhasil menyelipkan diri di antara karung dan motor, memgantarkan siapa saja untuk melihat apa saja yang dipajang. Beragam sandal dan sepatu berusaha keras menarik perhatian. Berhasil. Beberapa toko dimasuki pembeli, ada yang sekadar melihat dan menawar. Bila tak cocok, mari lanjutkan penjelajahan.
Sadar jika barang dagangan tak dapat berteriak memanggil pembeli, seorang ibu penjual kerap menyapa orang yang lewat. Berhasil. Empat orang ibu singgah ke tokonya.
Sambil menjalankan lobi lewat telepon, si pemilik toko terus melancarkan rayuan mautnya.
"Dilihat saja dulu bu. Warnanya bagus-bagus. Mau model yang mana, nanti diambilkan sisanya."
Ujaran itu layaknya magnet. Besi-besi alias para pengunjung pun mulai menjajal berbagai model sandal.
"Model itu ada warna kuning, oranye, sama putih. Talinya bisa di stel jadi nggak usah takut kekecilan apa kegedean. Coba pakai saja bu. Pakai saja. Biar kelihatan cantiknya. Saya kirim wa dulu ya. Ibu-ibu nyoba saja dulu. Semua juga boleh,^ ucapnya sambil melakukan lobi lewat jemarinya.
Sesekali tangannya berhenti dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Semua dilakukan dalam selang waktu tak lama. Hingga akhirnya negosiasi lewat telepon gengam itunpun berakhir. Kini si pemilik benar-benar mencurahkan perhatian pada pengunjungnya.
Ditinggalkannya telepon gengam dan sepenuhnya melayani para raja. Tak ragu memberi saran dan pendapat terbaik untuk pelanggannya.
"Warna oranyenya alias bata cakep lho. Coba lihat. Bisa dipadukan sama baju warna apa saja. Banyak yang mau. Ini sekodi kayaknya tinggal sedikit. Ada yang sekodi isinya nomor 40-nya dua. Nanti bisa dicariin yang nomorn38-nya dua."
Luncuran kata-kata itu seperti membius hingga keempat ibu sepakat membeli sandal berwarna bata. Apakah si pemilik menghentikan pelayanannya?. Tidak
Dia memastikan sandal dengan model yang dimaui pelanggan bisa di dapat. Tak ragu membongkar sendiri tumpukan kardus di bawah. Sementara salah seorang karyawannya mencari di gudang atas.
"Sudah benar ya bu? Perlu pakai bon nggak?"
Ketika pertanyaan itu diiyakan, sigap si pemilik meraih buku bon dan menulis jumlah barang dan harganya. Sambil berucap, "hari minggu kita libur ya bu."
Informasi sederhana yang mungkin tak ingin ditanyakan si pembeli. Namun akan diingat selalu dan disampaikan pada orang yang membutuhkan.
Langkah kecil yang dapat membantu sebuah usaha menjadi besar.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.