Kriuk-kriuk dari Bati-bati
Keripik Bati-bati
Sore mulai menjelang ketika perjalanan singkat itu dimulai.Sebenarnya ini adalah perjalanan tanpa rencana. Hanya sekadar menikmati angin sore. Cuaca juga mendukung, cerah namun tak panas benar. Meski begitu jas hujan selalu setia berdiam di dalam tempat penyimpanan di motor. Siap digunakan jika dibutuhkan.
Dari jalan Ahmad Yani, motor terus melaju ke arah kawasan Cempaka, tempat penambangan intan tradisional. Sayangnya, lokasi penambangan tidak dekat jalan utama, jadi tak bisa melihat seperti apa kegiatan penambangan yang masih ada. Namun demikian bukan berarti tidak ada yang menarik. Jika di amati lebih dekat, banyak rumah yang berada di tepi jalan berhias karung-karung putih berukuran 5 kg. Isinya bukan pasir untuk menahan terjangan air banjir, tapi batu-batu putih bersih yang berasal dari sungai. Batu-batu ini penghias taman-taman cantik di rumah atau perkantoran.
Selepas kawasan Cempaka, pemandangan pun berganti. Beberapa kios mulai tampak dengan tawaran yang menarik perhatian. Warnanya tak lagi putih, tapi ada hijau, kuning, dan oranye. Dikemas dalam toples plastik dan ditata di atas meja. Di bagian depannya sengaja ditaruh buah-buahan segar yang belum diolah apa pun. Inilah daerah penghasil manisan. Ada manisan jambu, kedondong, dan mangga. Kami masih tidak menepi.
Perjalanan baru berhenti di daerah Bati-bati. Di sini lain lagi yang ditawarkan. Wadah penampungnya pun berukuran besar dan terbuat dari plastik. Inilah beragam keripik kegemaran warga. Terbuat dari singkong yang diiris tipis dan digoreng hingga renyah. Varian rasanya lumayan juga. Ada yang dicampur daun jeruk, ada pula yang berteman sambal. Kalau mau yang rasanya mirip makanan ringan pabrikan, maka bisa meminta dibubuhi bumbu bubuk. Voila, keripik aneka rasa pun sudah ditangan. Dan inilah yang kami mau.
Pilihannya pada keripik tanpa bumbu, keripik pedas bersambal, dan keripik dengan sedikit rasa asam alias keripik rasa jeruk.limau. Uniknya di sini keripik tidak ditimbang. Takaran memakai wadah baskom berbeda ukuran. Baskom kecil untuk harga Rp 5.000 dan baskom besar untuk harga Rp 10.000. Wadah-wadah ini berfungsi untuk mencampur bumbu. Baru setelah itu dimasukkan ke dalam kantung plastik untuk dibawa pembeli. Sederhana ya, tapi mempercepat proses jual beli. Maka kami pun bisa kembali ke rumah sebelum gelap turun. Lalu menikmatinya bersama-sama.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.