Laki-laki itu berdiri tegak. Matanya menatap jauh ke depan. Tangan kanannya mengarah ke depan, sibuk mengendalikan sebuah benda di atas sana, sementara yang kiri terlihat mengengam. Ia terus meliuk ke kiri dan kanan mengikuti arahan. Kadang menukik cepat, lalu berhenti seperti mengambil jeda, lalu berkelit cepat. Mendekati dan menjauhi benda serupa yang berbeda warna.
Tak ada suara atau teriakan. Begitu juga dari beberapa anak-anak yang duduk di dekatnya. Sama-sama memandang ke langit tanpa suara. Hanya seorang anak laki-laki berkaus dan bercelana panjang yang bergerak-gerak di belakang laki-laki itu. Tangannya sibuk menggulung sambil matanya terus menatap langit. Begitu saja selama beberapa waktu hingga terdengar desis panjang dari mulut laki-laki itu. Badannya pun berbalik cepat. Tak ada kemarahan tapi kekecewaan karena kalah bertarung.
Sesaat kemudian badannya kembali menatap ke depan. Sibuk menarik benang yang menjuntai panjang, tarik dan terus tarik untuk kembali di tempatkan ke gulungan benang. Inilah salah satu senjata untuk bertempur kembali nanti, setelah bisa mendapatkan sebuah layang-layang lagi. Ya pertempuran sore ini selesai dulu, masih ada sore lainnya untuk mengadu layangan lagi.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.