Berkenalan dengan Wadai

Sore adalah saat yang selalu dinanti, apalagi selama bulan ramadhan karena artinya waktu berbuka puasa semakin dekat. Sore menjadi istimewa karena kami bisa berkumpul bersama. Selama ini jarak menjadi kendala untuk bisa bersama-sama.

Nah, mumpung sama-sama dan ada di bumi borneo, tepatnya Banjarbaru, maka ini adalah saat yang tepat untuk mengenalkan anak-anak dengan wadai alias kue. Perburuan pun dilakukan. Dengan motor kami menuju para penjual wadai di dekat perempatan landasan ulin. Di lapangan yang tertutup toko-toko penjual makanan, beberapa penjual wadai khas buka puasa berada.

Tidak banyak yang berjualan di sana. Hanya 15 penjual makanan saja, tidak semuanya berjualan wadai, ada juga yang menjajakan lauk matang. Cukup sebentar melirik sana-sini sebelum akhirnya memutuskan untuk mencoba bingka barandam dan kue lam bakar barabai.

[caption id="attachment_76" align="alignnone" width="300"]karena tidak sempat foto, maka saya meminjam foto dari cookpad karena tidak sempat foto, maka saya meminjam foto dari cookpad[/caption]

Si bingka barandam ini berwarna kuning dengan taburan irisan daun pandan. Dikemas plastik mika berisi dua buah kue. Bentuknya bulat saja dan terlihat kering, tidak lembut. Saus perendamnya ditempatkan terpisah dalam plastik yang diikat. Saus ini cukup untuk merendam dua buah bingka. Rupanya ini kue ini favorit banyak orang, sebab jumlahnya sudah tidak banyak lagi. Harganya juga tidak mahal, satu kotak mika dijual Rp 4000 saja. Alias sebuah Rp 2000.

Kue favorit lainnya adalah kue lam bakar barabai yang berwarna coklat dengan permukaan seperti terbakar. Kue ini berlapis-lapis serupa dengan lapis legit, tetapi sangat basah. Aslinya kue ini dibuat dalam wadah besar berbentuk bundar, kemudian dipotong-potong menjadi seperti segitiga. Satu bagian kue dijual dengan harga Rp 8000. Potongan ini bisa dipotong lagi menjadi 5 buah, cukup untuk kami berempat.

[caption id="attachment_77" align="alignnone" width="300"]foto kue ini dari cookpad foto kue ini dari cookpad[/caption]

Sesampainya di rumah dan waktu berbuka tiba, saat mencicipi wadai tadi. Bingka barandam ternyata bertekstur lembut dan tidak manis. Karena kering sudah pasti enak sekali direndam dalam saus yang terbuat dari air gula alias simple syrup kata orang sana. Oh ya karena tidak suka daun pandan dibagian atas, maka daun ini dibuang, cukuplah menikmati bau harumnya saja. Begitu bingka dan air gula bertemu, wah rasanya enak. Lembut dan manis.

Selanjutnya si lam bakar barabai yang tidak kalah lembutnya. Kue ini seperti lumer dimulut, pantas banyak yang suka. Kelembutan ini berasal dari telur bebek yang digunakan untuk membuat lam bakar. Rasanya manis sekali. Saya sih suka, apalagi kalau sudah didinginkan di kulkas dulu, tetapi si sulung tidak terlalu suka sebab rasa telurnya begitu dominan. Tak apalah namanya juga baru kenalan, nanti kalau sudah akrab bisa berubah pikirankan. Selanjutnya wadai apalagi yang akan dicoba?



Komentar