Perjalanan kali berbeda karena dilakukan berdua dengan si bungsu. Tempatnya tidak jauh, maksudnya tidak di luar kota, hanya ke Taman Mini Indonesia Indah. Tidak repot juga mengurus angkutan untuk ke sana, termasuk makan-makannya. Sebab, perjalanan kali ini diadakan oleh sekolah tempat si bungsu belajar. Jadi tinggal duduk manis saja di bis dan mengikuti arahan para guru, sebelumnya tentu saja melakukan pembayaran buat perjalanannya.
Meski tempatnya dekat, persiapan penting dilakukan. Yang paling utama adalah air minum. Cuaca lagi panas, meski kadang hujan juga, maka payung tak boleh ketinggalan. Juga topi dan kacamata. Camilan secukupnya saja. Pastikan dulu bawa makanan buat sarapan, sebab ransum baru diberikan nanti siang. Semua oke, termasuk tisu dan minyak kayu putih.
Jam delapan, perjalanan dimulai. Tak sampai satu jam rombonga sudah sampai ke TMII, keliling dulu melihat anjungan. Ternyata ada beberapa anjungan baru seperti anjungan Bangka Belitung. Rumah-rumah adat baru ini dibangun berdekatan, agak beda dengan rumah adat lain yang sudah lebih dulu ada. Usai berkeliling, saatnya menuju museum pertama yang buka jam sembilan tigapuluh. Pelataran parkir masih kosong, jadi tak ragu membiarkan anak-anak berlarian. Agak sedikit riuh sebab banyak anak-anak yang tidak membawa buku dan alat tulis. sosialisasinya mungkin kurang, soalnya si bungsu juga tidak bawa. Ok, tak perlu cemas, andalkan saja pada telepon gengam.
Sebelum masuk ke dalam, ada staf museum yang memberikan sambutan dan sedikit penjelasan mengenai museum. Terdiri dari tiga lantai yang berisi berbagai kategori ilmu pengetahuan dan sains. Di pesankan bahwa ada bagian yang khusus untuk anak-anak di bawah usia 10 tahun, buat yang lebih besar tidak bisa mencoba peralatan di sana. Rasanya anak-anak tidak terlalu mendengar sebab suara mereka cukup dominan. Maka pintu masuk pun dibuka dan semua berhamburan masuk. Tak ingat lagi penjelasan si kakak tadi.
Berbagai peralatan peraga pun dicoba. Ada angklung yang digerakkan dengan mesin, tuas listrik, alat yang digerakkan di atas berbagai permukaan, listrik, dan masih banyak lagi. Kelihatannya semua menikmati, dalam arti mereka bermain sepuasnya. Entah apakah mereka membaca atau mencari tahu fungsi dari masing-masing alat peraga? para kakak di dalam hanya terlihat mengawasi, tidak banyak bicara. Ah sayang sekali, agak tidak sesuai dengan tujuan semula.
Saya sendiri asyik menjelaskan berbagai peralatan yang dipegang oleh si bungsu, sebisa saya, semampu saya. Mudah-mudahan kamu paham ya sayang. Lepas dari semua peralatan, saatnya menuju akuarium air tawar dan taman serangga. Berbeda dengan tempat pertama, akuarium ini agak gelap. Tulisan-tulisan di akuarium tidak terlalu terlihat. nggak tau kenapa begitu. Suasananya cukup lembab. Sepanjang jalan si bungsu tak lepas memegang tangan saya. Sulit mengambil foto dan tulisan karena tidak ada lampu yang memadai. Telepon gengam pun tidak ada fasilitas lampunya jadi cukup berpuas diri saja. Sayang di beberapa titik, bau amis cukup terasa.
Udara lembab ini berbeda dengan museum serangga dan taman kupu-kupu yang berada disamping akuarium air tawar. Suasanyanya terang dan jelas sekali. Berbagai serangga awetan terpajang dengan rapih di rak-rak dan bingkai di dinding. Senang melihat keragamannya. Menjelang ujung ruang museum, ada tempat berkaca berisi serangga hidup. Tebak-tebakan yuk nak, mana serangganya? Ternyata belalang yang menyerupai kayu dan belalang yang mirip dengan daun kering.
Dari situ menyejukkan diri di taman kupu-kupu. Tidak besar namun nyaman. Ada air mancur kecil, pepohonan, bunga-bunga, dan kupu-kupu yang berseliweran di antara dedaunan. Foto-foto sedikit dong. Bu guru juga ikutan foto juga. Kebetulan yang ada saat itu hanya kami berdua dan tiga orang guru. Siswa lain ada di luar dan berlarian ke sana kemari.
Sudah puas, saatnya makan siang bersama di pelataran museum dengan bernaungkan pohon-pohon besar. Ransumnya enak. Porsinya juga sesuai. Entah karena memang sudah lapar atau lelah berkeliling, si bungsu makan dengan lahap dan habis dalam sekejap. Saya juga dong hehehehe.
Karena tidak terburu-buru ke tempat berikutnya, kita keliling dulu melihat toko-toko di sekitar museum. Cukup lumayan barang-barang yang ditawarkan. Pilihan jatuh pada es krim yang cocok sekali mengusir panas siang itu. Cari tempat duduk dan nikmati kelezatannya. Barulah kembali ke dalam bis dan siap pindah ke tempat berikut. Waktunya nonton bioskop di keong emas.
Lagi-lagi pak supir mengajak berkeliling TMII. Bukan tanpa sebab, tapi jam pertunjukkan masih cukup lama. Ketimbang berlarian di parkiran, lebih baik berkeliling dengan santai. Barulah ke keong mas. Atur sana-sini, dan rombongan siap masuk ke keong mas. Anak-anak lebih dulu masuk, baru diikuti para orangtua yang mengantar. Di dalam semua mengambil posisi menurut kesukaannya.
Sempat kehilangan si bungsu karena dia masuk lebih dulu. Celingak-celinguk, sempat tidak melihatnya, Deg-degan juga karena filmnya soal dinosaurus, takut si bungsu ketakutan. Syukurlah si bungsu berdiri dan ikut mencari. Posisi saya yang berada di atas memudahkan dia mengenali saya, maka kami pun bersatu kembali. Duduk bersebelahan dan mulai menikmati filmnya. Si bungsu terus mengengam tangan saya. Tak apa nak, filmnya tidak menakutkan. Bukan soal dinosaurus yang berkelahi seperti film di televisi. Ini tentang penggalian fosil dinosaurus disertai kisah sang penemu fosil. Agak sedikit gimana gitu ketika anak si penemu fosil tiba-tiba kembali ke masa lalu. Tapi tidak ada yang menakutkan. Film pun selesai. Semua gembira dan bersiap pulang. Saat matahari belum sampai diperaduan, rombongan sampai di sekolah. Bersama sang kakak, kami bertiga berjalan bersama. Meski jaraknya tidak terlalu jauh, sepuluh menit ini buat saya justru sangat berharga, berjalan bersama-sama sambil bercerita adalah anugerah buat saya.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Mohon tidak membagikan tautan disini. Silahkan meninggalkan komentar yang baik dan sopan.